Kamis, 02 Mei 2019

Beban Moral Guru Agama Lebih Berat


Beban Moral Guru Agama

Latar belakang kenapa masih banyak guru yang melakukan kesalahan ketika mengajar setahu saya karena menjadi seorang guru itu tidak mudah, harus punya keahlian dibidangnya, harus mengerti karakteristik peserta didik itulah kenapa para calon guru itu diharusnya belajar ilmu psikologi dulu, bagaimana cara menghadapi peserta didik yang pendiam, tidak bisa diam dan lain sebagainya apalagi kalau melihat tipe-tipe belajar siswa ada yang visual,ada yang audiotori, ada yang kinestetik dan itu dipertemukan dalam satu kelas, guru harus pandai-pandai memadupadankan beberapa metode untuk bahan mengajar. Jadi, untuk mejadi guru professional harus dibutuhkan keahlian, tidak semudah apa yang dipikirkan apalagi guru agama yang mana guru agama itu lebih berat beban moralnya daripada guru yang lain karena ketika melihat akhlak siswa itu tertuju pada guru agamanya. Sebisa mungkin kita sebagai calon guru pendidikan agama Islam (PAI) harus bisa bermuhasabah atau intropeksi dulu sebelum kita jadi guru agama, sudah cukupkah ilmu kita, sudah cukup akhlak kita. Memang guru yang baik adalah guru terus menerus belajar, belajar dari suatu kesalahan kemudian mengambil hikmah dari kejadian tersebut dan yang paling penting seorang guru itu harus bisa mengajar dengan hati karena apa? Karena pesan dari dalam hati aka sampai pada hati juga. Dan sebagai calon guru agama, kita juga sudah diwanti-wanti oleh dosen bahwa jangan jadikan profesi guru itu sebagai pekerjaan, khawatir nanti tujuan kita mengajar itu salah yaitu untuk mengejar dunia padahal niat awalnya adalah mau menyebarkan ilmu ingin menjadi salah satu orang yang disabdakan Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wassalam yaitu salah satu orang yang yang amalnya tidak akan terputus walaupun sudah meninggal dunia dan  yang paling penting ketika kita sudah mengajar harus lillahi ta’ala atau hanya mengharap ridha Allah SWT.
            Kesalahan guru yang sering dilakukan dan menjadi pelajaran bagi saya juga yaitu, diurutkan saja ketika guru datang ke kelasnya tidak on time  (tidak tepat waktu) tanpa adanya udzur, apalagi guru agama yang mana guru agama itu dijadikan suri teladan ketika melihat dari sisi akhlak. Nah, murid-murid zaman sekarang sudah mengalami degradasi moral atau penurunan moral misanya saja menganggap guru yang datangnya tepat waktu itu terlalu rajin padahalkan itu tuh bukan termasuk hal yang perlu di sanjung-sanjungkan, ada lagi contoh seperti menganggap orang yang menjalankan sholat 5 waktu itu sebagai orang sholeh lebih-lebih lagi kalau berjama’ah di masjid padahalkan itu merupakan kewajibankita sebagai orang muslim. Itulah salah satu penyebab kenapa banyak orang pintar yang tidak benar misalnya para koruptor, mereka pintar tapi tidak benar, menggunakan kepintarannya untuk hal tidak benarkan oleh syari’at. Benar-benar tugas berat pengemban akhlak ada di pundak guru agama, sebisa mungkin kita sebagai calon guru agama mempersiapkan bekal untuk mengurangi degradasi moral tersebut.
            Pertama tidak guru tidak on time, kedua tidak mempersiapkan materi mengajar dengan baik. ingat guru yang baik yaitu guru yang tidak berhenti belajar atau terus menerus belajar, selalu tidak puas dengan apa yang diajarnya sehingga selalu ada evaluasi/perbaikan kedepannya. Apalagi ada beberapa mata pelajaran yang ada masa kadaluarsanya, 20 tahun yang lalu kemudian diajarkan di tahun sekarang maka tidak akan relevan, itulah alasan kenapa kurikulum beberapa tahun kemudian harus diganti karena seiring bertambahnya waktu ada beberapa perubahan pada sistem pendidikan misalnya yang dulunya hanya bisa belajar dari ucapan dikelas, sekarang sudah zamannya IT (Ilmu Teknologi) apa-apa harus pake internet, berkemungkinan pembelajaran seperti sekarang ada perubahan.
            Diskriminatif atau tidak adil, ada guru yang selalu fokus pada anak yang pintar  saja atau anak yang cantik saja. Padahal anak-anak yang lain juga butuh perhatian dari sang guru, kalau sudah seperti itu murid yang tidak merasa diperhatikan akan malas belajar dengan guru tersebut, karena guru tersebut hanya fokus ke anak-anak itu dan yang lain cuma dikacangin istilah anak muda sekarang.
            Memaksakan peserta didik, guru suruh ini itu harus dituruti oleh siswa itu juga kesalahan yang biasanya dilakukan oleh guru, sebagai guru yang baik kita hanya memfasilitator saja, kita tidak harus memaksa peserta didik kita menjadi guru semua, karena mereka itu kopleks tidak bisa disamakan, ada yang suka di bidang seni adan yang di olahraga. Nah, kalau tugas seorang guru itu menyehatkan rohani pesrta didiknya sama seperti guru olahraga tapi kalau guru olahraga menyehatkan fisik peserta didik.
            Ketika ada anak yang melakukan kesalahan misalnya terlambat waktu masuk kelas, jangan dulu menghakimi atau langsung diberi hukuman. Mengajarkan kedisiplinan itu tidak masalah tapi caranya yang harus benar misalnya jangan beri hukuman yang sifatnya tidak mendidik. Kasihlah hukuman yang sifatnya mendidik misalnya dengan menyuruh anak tersebut menghafal surah pendek atau menyanyikan lagu-lagu nasional. Yang penting ada unsur jeranya.
            Ada lagi kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang guru yang mungkin tidak disadari yaitu merasa dirinya paling tahu, paling pandai di kelas. Jangan mentang-mentang kita sebagai guru menutup diri dari saran dan kritik. Kalau ada siswa yang kurang sependapat sama guru, cobalah hargai pendapatnya karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Buang dulu egonya, sehingga hati kita bisa menerima. Jika kita menolak kebaikan padahal itu benar-benar baik berarti ada yang salah dalam hati kita. Ada kotoran hati yang menempel dalam diri, jangan menganggap peserta didik itu tidak ada isinya sama sekali, semua ada isinya makanya peran guru di kurikulum 2013 itu hanya menjadi fasilatator.
            Mendengar ceramah dari ustadz Adi Hidayat bahwasanya dalam qur’an untuk bisa masuk  kriteria guru yang baik itu ada tiga, yang pertama tawadhu (rendah hati) , kedua waro’ (menjauhkan diri dari perbuatan dosa), yang ketiga itu takut pada Allah. Kenapa tidak ada pandai atau pintar dalam kriteria yang disebutkan oleh ust. Adi? karena di bumi itu sudah sangat banyak yang pandai tapi untuk bisa mempunyai sifat tawadhu, waro’ dan takut pada Allah itu yang susah dicari.
            Mungkin itu saja yang bisa saya ungkapkan mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh guru baik sadar atau tidak. Dan itu bisa dijadikan sebagai pembelajaran khususnya saya pribadi sebisa mungkin untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan tersebut. Saya simpulkan bahwa untuk menjadi seorang guruitu tidak mudah, selalu perbaiki niat setiap saat, ingat tujuan kita mengajar untuk apa. Jangan coba-coba mengajar tanpa persiapan, khawatir terjadi malpraktek sebisa mungkin kita belajar dasar-dasar mengajar, belajar tanpa henti sampai menjadi guru yang sesungguhnya, guru yang selalu memotivasi muridnya, guru yang mengajar dengan hati yang selalu dirindukan oleh murid-muridnya yang ketika gurunya sedang berhalangan hadir membuat murid bertanya-tanya kenapa sang guru tidak masuk, sehingga ada perasaan yang mengganjal ketika sang guru berhalangan untuk tidak masuk kelas.

03 Mei 2019 di Karangampel