Beban Moral Guru Agama
Latar belakang kenapa masih banyak guru yang melakukan kesalahan
ketika mengajar setahu saya karena menjadi seorang guru itu tidak mudah, harus
punya keahlian dibidangnya, harus mengerti karakteristik peserta didik itulah
kenapa para calon guru itu diharusnya belajar ilmu psikologi dulu, bagaimana
cara menghadapi peserta didik yang pendiam, tidak bisa diam dan lain sebagainya
apalagi kalau melihat tipe-tipe belajar siswa ada yang visual,ada yang
audiotori, ada yang kinestetik dan itu dipertemukan dalam satu kelas, guru
harus pandai-pandai memadupadankan beberapa metode untuk bahan mengajar. Jadi,
untuk mejadi guru professional harus dibutuhkan keahlian, tidak semudah apa
yang dipikirkan apalagi guru agama yang mana guru agama itu lebih berat beban
moralnya daripada guru yang lain karena ketika melihat akhlak siswa itu tertuju
pada guru agamanya. Sebisa mungkin kita sebagai calon guru pendidikan agama
Islam (PAI) harus bisa bermuhasabah atau intropeksi dulu sebelum kita jadi guru
agama, sudah cukupkah ilmu kita, sudah cukup akhlak kita. Memang guru yang baik
adalah guru terus menerus belajar, belajar dari suatu kesalahan kemudian
mengambil hikmah dari kejadian tersebut dan yang paling penting seorang guru
itu harus bisa mengajar dengan hati karena apa? Karena pesan dari dalam hati
aka sampai pada hati juga. Dan sebagai calon guru agama, kita juga sudah
diwanti-wanti oleh dosen bahwa jangan jadikan profesi guru itu sebagai pekerjaan,
khawatir nanti tujuan kita mengajar itu salah yaitu untuk mengejar dunia
padahal niat awalnya adalah mau menyebarkan ilmu ingin menjadi salah satu orang
yang disabdakan Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wassalam yaitu salah satu orang
yang yang amalnya tidak akan terputus walaupun sudah meninggal dunia dan yang paling penting ketika kita sudah
mengajar harus lillahi ta’ala atau hanya mengharap ridha Allah SWT.
Kesalahan guru
yang sering dilakukan dan menjadi pelajaran bagi saya juga yaitu, diurutkan
saja ketika guru datang ke kelasnya tidak on time (tidak tepat waktu) tanpa adanya udzur,
apalagi guru agama yang mana guru agama itu dijadikan suri teladan ketika
melihat dari sisi akhlak. Nah, murid-murid zaman sekarang sudah mengalami
degradasi moral atau penurunan moral misanya saja menganggap guru yang
datangnya tepat waktu itu terlalu rajin padahalkan itu tuh bukan termasuk hal
yang perlu di sanjung-sanjungkan, ada lagi contoh seperti menganggap orang yang
menjalankan sholat 5 waktu itu sebagai orang sholeh lebih-lebih lagi kalau
berjama’ah di masjid padahalkan itu merupakan kewajibankita sebagai orang
muslim. Itulah salah satu penyebab kenapa banyak orang pintar yang tidak benar
misalnya para koruptor, mereka pintar tapi tidak benar, menggunakan
kepintarannya untuk hal tidak benarkan oleh syari’at. Benar-benar tugas berat
pengemban akhlak ada di pundak guru agama, sebisa mungkin kita sebagai calon
guru agama mempersiapkan bekal untuk mengurangi degradasi moral tersebut.
Pertama tidak guru
tidak on time, kedua tidak mempersiapkan materi mengajar dengan baik.
ingat guru yang baik yaitu guru yang tidak berhenti belajar atau terus menerus
belajar, selalu tidak puas dengan apa yang diajarnya sehingga selalu ada
evaluasi/perbaikan kedepannya. Apalagi ada beberapa mata pelajaran yang ada
masa kadaluarsanya, 20 tahun yang lalu kemudian diajarkan di tahun sekarang
maka tidak akan relevan, itulah alasan kenapa kurikulum beberapa tahun kemudian
harus diganti karena seiring bertambahnya waktu ada beberapa perubahan pada
sistem pendidikan misalnya yang dulunya hanya bisa belajar dari ucapan dikelas,
sekarang sudah zamannya IT (Ilmu Teknologi) apa-apa harus pake internet,
berkemungkinan pembelajaran seperti sekarang ada perubahan.
Diskriminatif atau
tidak adil, ada guru yang selalu fokus pada anak yang pintar saja atau anak yang cantik saja. Padahal
anak-anak yang lain juga butuh perhatian dari sang guru, kalau sudah seperti
itu murid yang tidak merasa diperhatikan akan malas belajar dengan guru
tersebut, karena guru tersebut hanya fokus ke anak-anak itu dan yang lain cuma
dikacangin istilah anak muda sekarang.
Memaksakan peserta
didik, guru suruh ini itu harus dituruti oleh siswa itu juga kesalahan yang
biasanya dilakukan oleh guru, sebagai guru yang baik kita hanya memfasilitator
saja, kita tidak harus memaksa peserta didik kita menjadi guru semua, karena
mereka itu kopleks tidak bisa disamakan, ada yang suka di bidang seni adan yang
di olahraga. Nah, kalau tugas seorang guru itu menyehatkan rohani pesrta
didiknya sama seperti guru olahraga tapi kalau guru olahraga menyehatkan fisik
peserta didik.
Ketika ada anak
yang melakukan kesalahan misalnya terlambat waktu masuk kelas, jangan dulu
menghakimi atau langsung diberi hukuman. Mengajarkan kedisiplinan itu tidak
masalah tapi caranya yang harus benar misalnya jangan beri hukuman yang
sifatnya tidak mendidik. Kasihlah hukuman yang sifatnya mendidik misalnya
dengan menyuruh anak tersebut menghafal surah pendek atau menyanyikan lagu-lagu
nasional. Yang penting ada unsur jeranya.
Ada lagi kesalahan
yang sering dilakukan oleh seorang guru yang mungkin tidak disadari yaitu
merasa dirinya paling tahu, paling pandai di kelas. Jangan mentang-mentang kita
sebagai guru menutup diri dari saran dan kritik. Kalau ada siswa yang kurang
sependapat sama guru, cobalah hargai pendapatnya karena setiap orang memiliki
sudut pandang yang berbeda. Buang dulu egonya, sehingga hati kita bisa
menerima. Jika kita menolak kebaikan padahal itu benar-benar baik berarti ada
yang salah dalam hati kita. Ada kotoran hati yang menempel dalam diri, jangan
menganggap peserta didik itu tidak ada isinya sama sekali, semua ada isinya
makanya peran guru di kurikulum 2013 itu hanya menjadi fasilatator.
Mendengar ceramah
dari ustadz Adi Hidayat bahwasanya dalam qur’an untuk bisa masuk kriteria guru yang baik itu ada tiga, yang
pertama tawadhu (rendah hati) , kedua waro’ (menjauhkan diri dari perbuatan
dosa), yang ketiga itu takut pada Allah. Kenapa tidak ada pandai atau pintar
dalam kriteria yang disebutkan oleh ust. Adi? karena di bumi itu sudah sangat
banyak yang pandai tapi untuk bisa mempunyai sifat tawadhu, waro’ dan takut
pada Allah itu yang susah dicari.
Mungkin itu saja
yang bisa saya ungkapkan mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan
oleh guru baik sadar atau tidak. Dan itu bisa dijadikan sebagai pembelajaran
khususnya saya pribadi sebisa mungkin untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan
tersebut. Saya simpulkan bahwa untuk menjadi seorang guruitu tidak mudah, selalu
perbaiki niat setiap saat, ingat tujuan kita mengajar untuk apa. Jangan
coba-coba mengajar tanpa persiapan, khawatir terjadi malpraktek sebisa mungkin
kita belajar dasar-dasar mengajar, belajar tanpa henti sampai menjadi guru yang
sesungguhnya, guru yang selalu memotivasi muridnya, guru yang mengajar dengan
hati yang selalu dirindukan oleh murid-muridnya yang ketika gurunya sedang
berhalangan hadir membuat murid bertanya-tanya kenapa sang guru tidak masuk,
sehingga ada perasaan yang mengganjal ketika sang guru berhalangan untuk tidak
masuk kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar