Senin, 17 Juni 2019
Bagan Irmas Sementara
STRUKTUR ORGANISASI
IKATAN REMAJA MASJID JAMI’ SABILUL HUDA
DESA BENDA KECAMATAN KARANGAMPEL KABUPATEN INDRAMAYU
MASA BAKTI 2019-2021
Kamis, 02 Mei 2019
Beban Moral Guru Agama Lebih Berat
Beban Moral Guru Agama
Latar belakang kenapa masih banyak guru yang melakukan kesalahan
ketika mengajar setahu saya karena menjadi seorang guru itu tidak mudah, harus
punya keahlian dibidangnya, harus mengerti karakteristik peserta didik itulah
kenapa para calon guru itu diharusnya belajar ilmu psikologi dulu, bagaimana
cara menghadapi peserta didik yang pendiam, tidak bisa diam dan lain sebagainya
apalagi kalau melihat tipe-tipe belajar siswa ada yang visual,ada yang
audiotori, ada yang kinestetik dan itu dipertemukan dalam satu kelas, guru
harus pandai-pandai memadupadankan beberapa metode untuk bahan mengajar. Jadi,
untuk mejadi guru professional harus dibutuhkan keahlian, tidak semudah apa
yang dipikirkan apalagi guru agama yang mana guru agama itu lebih berat beban
moralnya daripada guru yang lain karena ketika melihat akhlak siswa itu tertuju
pada guru agamanya. Sebisa mungkin kita sebagai calon guru pendidikan agama
Islam (PAI) harus bisa bermuhasabah atau intropeksi dulu sebelum kita jadi guru
agama, sudah cukupkah ilmu kita, sudah cukup akhlak kita. Memang guru yang baik
adalah guru terus menerus belajar, belajar dari suatu kesalahan kemudian
mengambil hikmah dari kejadian tersebut dan yang paling penting seorang guru
itu harus bisa mengajar dengan hati karena apa? Karena pesan dari dalam hati
aka sampai pada hati juga. Dan sebagai calon guru agama, kita juga sudah
diwanti-wanti oleh dosen bahwa jangan jadikan profesi guru itu sebagai pekerjaan,
khawatir nanti tujuan kita mengajar itu salah yaitu untuk mengejar dunia
padahal niat awalnya adalah mau menyebarkan ilmu ingin menjadi salah satu orang
yang disabdakan Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wassalam yaitu salah satu orang
yang yang amalnya tidak akan terputus walaupun sudah meninggal dunia dan yang paling penting ketika kita sudah
mengajar harus lillahi ta’ala atau hanya mengharap ridha Allah SWT.
Kesalahan guru
yang sering dilakukan dan menjadi pelajaran bagi saya juga yaitu, diurutkan
saja ketika guru datang ke kelasnya tidak on time (tidak tepat waktu) tanpa adanya udzur,
apalagi guru agama yang mana guru agama itu dijadikan suri teladan ketika
melihat dari sisi akhlak. Nah, murid-murid zaman sekarang sudah mengalami
degradasi moral atau penurunan moral misanya saja menganggap guru yang
datangnya tepat waktu itu terlalu rajin padahalkan itu tuh bukan termasuk hal
yang perlu di sanjung-sanjungkan, ada lagi contoh seperti menganggap orang yang
menjalankan sholat 5 waktu itu sebagai orang sholeh lebih-lebih lagi kalau
berjama’ah di masjid padahalkan itu merupakan kewajibankita sebagai orang
muslim. Itulah salah satu penyebab kenapa banyak orang pintar yang tidak benar
misalnya para koruptor, mereka pintar tapi tidak benar, menggunakan
kepintarannya untuk hal tidak benarkan oleh syari’at. Benar-benar tugas berat
pengemban akhlak ada di pundak guru agama, sebisa mungkin kita sebagai calon
guru agama mempersiapkan bekal untuk mengurangi degradasi moral tersebut.
Pertama tidak guru
tidak on time, kedua tidak mempersiapkan materi mengajar dengan baik.
ingat guru yang baik yaitu guru yang tidak berhenti belajar atau terus menerus
belajar, selalu tidak puas dengan apa yang diajarnya sehingga selalu ada
evaluasi/perbaikan kedepannya. Apalagi ada beberapa mata pelajaran yang ada
masa kadaluarsanya, 20 tahun yang lalu kemudian diajarkan di tahun sekarang
maka tidak akan relevan, itulah alasan kenapa kurikulum beberapa tahun kemudian
harus diganti karena seiring bertambahnya waktu ada beberapa perubahan pada
sistem pendidikan misalnya yang dulunya hanya bisa belajar dari ucapan dikelas,
sekarang sudah zamannya IT (Ilmu Teknologi) apa-apa harus pake internet,
berkemungkinan pembelajaran seperti sekarang ada perubahan.
Diskriminatif atau
tidak adil, ada guru yang selalu fokus pada anak yang pintar saja atau anak yang cantik saja. Padahal
anak-anak yang lain juga butuh perhatian dari sang guru, kalau sudah seperti
itu murid yang tidak merasa diperhatikan akan malas belajar dengan guru
tersebut, karena guru tersebut hanya fokus ke anak-anak itu dan yang lain cuma
dikacangin istilah anak muda sekarang.
Memaksakan peserta
didik, guru suruh ini itu harus dituruti oleh siswa itu juga kesalahan yang
biasanya dilakukan oleh guru, sebagai guru yang baik kita hanya memfasilitator
saja, kita tidak harus memaksa peserta didik kita menjadi guru semua, karena
mereka itu kopleks tidak bisa disamakan, ada yang suka di bidang seni adan yang
di olahraga. Nah, kalau tugas seorang guru itu menyehatkan rohani pesrta
didiknya sama seperti guru olahraga tapi kalau guru olahraga menyehatkan fisik
peserta didik.
Ketika ada anak
yang melakukan kesalahan misalnya terlambat waktu masuk kelas, jangan dulu
menghakimi atau langsung diberi hukuman. Mengajarkan kedisiplinan itu tidak
masalah tapi caranya yang harus benar misalnya jangan beri hukuman yang
sifatnya tidak mendidik. Kasihlah hukuman yang sifatnya mendidik misalnya
dengan menyuruh anak tersebut menghafal surah pendek atau menyanyikan lagu-lagu
nasional. Yang penting ada unsur jeranya.
Ada lagi kesalahan
yang sering dilakukan oleh seorang guru yang mungkin tidak disadari yaitu
merasa dirinya paling tahu, paling pandai di kelas. Jangan mentang-mentang kita
sebagai guru menutup diri dari saran dan kritik. Kalau ada siswa yang kurang
sependapat sama guru, cobalah hargai pendapatnya karena setiap orang memiliki
sudut pandang yang berbeda. Buang dulu egonya, sehingga hati kita bisa
menerima. Jika kita menolak kebaikan padahal itu benar-benar baik berarti ada
yang salah dalam hati kita. Ada kotoran hati yang menempel dalam diri, jangan
menganggap peserta didik itu tidak ada isinya sama sekali, semua ada isinya
makanya peran guru di kurikulum 2013 itu hanya menjadi fasilatator.
Mendengar ceramah
dari ustadz Adi Hidayat bahwasanya dalam qur’an untuk bisa masuk kriteria guru yang baik itu ada tiga, yang
pertama tawadhu (rendah hati) , kedua waro’ (menjauhkan diri dari perbuatan
dosa), yang ketiga itu takut pada Allah. Kenapa tidak ada pandai atau pintar
dalam kriteria yang disebutkan oleh ust. Adi? karena di bumi itu sudah sangat
banyak yang pandai tapi untuk bisa mempunyai sifat tawadhu, waro’ dan takut
pada Allah itu yang susah dicari.
Mungkin itu saja
yang bisa saya ungkapkan mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan
oleh guru baik sadar atau tidak. Dan itu bisa dijadikan sebagai pembelajaran
khususnya saya pribadi sebisa mungkin untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan
tersebut. Saya simpulkan bahwa untuk menjadi seorang guruitu tidak mudah, selalu
perbaiki niat setiap saat, ingat tujuan kita mengajar untuk apa. Jangan
coba-coba mengajar tanpa persiapan, khawatir terjadi malpraktek sebisa mungkin
kita belajar dasar-dasar mengajar, belajar tanpa henti sampai menjadi guru yang
sesungguhnya, guru yang selalu memotivasi muridnya, guru yang mengajar dengan
hati yang selalu dirindukan oleh murid-muridnya yang ketika gurunya sedang
berhalangan hadir membuat murid bertanya-tanya kenapa sang guru tidak masuk,
sehingga ada perasaan yang mengganjal ketika sang guru berhalangan untuk tidak
masuk kelas.
Senin, 29 April 2019
Silaturahim Ke Pondok Pesantren Al-Abshori Kuningan
Laporan Observasi
(Observasi Lapangan di PONDOK PESANTREN
AL-ABSHORI)
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen
Pengampu :
Dra. Hj. Umamatul Khaeriyah, M.A
Jurusan/Kelas/Semester : PAI/A/III
Disusun Oleh :
1. Muhammad Rizal ‘A (1608101010) 6. Izki
Nur F (1608101040)
2. Jaenudin (1608101027) 7. Eni
Rohayati (1608101039)
3. Rini N (1608101011) 8. Hanjar
Al Aziziah (1608101030)
4. Mira K (1608101031) 9. Tanti
Onaepit (1608101032)
5. Devi
Yulianingsih (1608101002) 10
Sidik Hamdani (1608101018)
Jurusan/Kelas/Semester : PAI/A/III
2017/2018
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Jl.Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
PENDAHULUAN
A. Tujuan Observasi
Observasi ke pondok pesantren ini merupakan
saah satu tugas dari mata kuliah Hadits Tarbawi yang dimaksudkan untuk membuat
mahasiswa PAI sebagai calon pendidik khususnya calon guru agama baik di lembaga
formal seperti sekolah dan madrasah bahkan tidak menutup kemungkinan sampai
menjadi pendidik di pondok pesantren baik modern maupun klasik (salaf)
mengetahui bagaimana proses pendidikan Islam khususnya dalam konteks pondok
pesantren lebih khusus lagi observasi ini bertujuan untuk mengetahui metode apa
saja dan bagaimana saja yang diimplementasikan dalam pendidikan Islam khususnya
dalam pendidikan Islam pada wilayah pondok pesantren.
Pondok
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non-formal yang tersebar di
Indonesia. Di mana pondok pesantren lahir di tengah-tengah masyarakat. Setiap
pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana
pemimpinanya dan metode apa saja yang diterapkan dalam pembelajarannya. Nama
pondok yang kami observasi yaitu Pondok Pesantren Al-Abshori di Kecamatan
Lengkong Kabupaten Kuningan.
B. Gambaran Umum Keadaan Lembaga Pendidikan yang Diobservasi
Pondok pesantrean Al- Abshori didirikan sekitar januari
1947 oleh bapak kiyai KH. Abdurrohman (Alm) di Desa Karangtawang Kec./kab. Kuningan Provinsi
Jawa Barat 455333. Pondok
Pesantren Al-Abshori di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Islam Karangtawang (YASPIKA). Pondok pesantrennya merupakan Pondok
Pesantren Salafiyah.
C.
Visi, Misi dan Tujuan
VISI
Terwujudnya
generasi Muslim yang cerdas, terampil, berdaya saing dan berakhlak mulia.
MISI
Menyelenggarakan
pendidkan yang berkualitas unggulan berazaskan Al Qur’an dan As Sunnah,
bermanhaj Salafus Shalih dengan upaya menata Ruhaniyah Imaniyah.
TUJUAN
1. Membina santri/siswa dengan tuntutan
aqidah sunah waljamaah dengan kajian kitab kuning.
2. Membantu pemerintah dalam rangka
menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas sebagai Sumber Daya Manusia
(SDM) yang diperlukan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
D.
OUT PUT
Diharapkan
santi/siswa yang lullus dari pondok pesantren Al Abshori ini memiliki kecakapan
:
1. Memiliki hafalan Al Qur’an minimal Juz
‘Ama
2. Memiliki hafalan Hadits minimal haditsAl-Arba’ain
An-Nawawi
3. Memiliki hafalan ilmu Alat seperti
Nadzom Al Jurumiyah, Al ‘imrithi, Alfiyah Ibnu Malik dan sebagainya.
4. Memiliki keterampilan sebagai dasar
pokok agar mampu hidup mandiri di masyarakat.
5. Mampu berbicara dan menghafal kitab
kuning serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
E.
SARANA DAN PRASARANA
Jenis
Sarana dan Prasarana
|
||||
No
|
Jenis
Sarana
|
Keadaan
|
||
1
|
Luas Gedung
|
Luas tanah 524
m2
|
||
Luas Bangunan
324 m3
|
||||
2
|
Tempat
penyelenggaraan kegiatan
|
Aula /
Madrasah / Masjid
|
||
3
|
Status Bangunan
/ Gedung Lembaga
|
Milik Pondok
Pesantren
|
||
4
|
Sarana Belajar
|
Ruang belajar
|
4
|
Unit
|
Meja &
Kursi
|
40
|
Set
|
||
Papan Tulis
|
6
|
unit
|
||
Lemari / rak
buku
|
3
|
Unit
|
||
Mesin tik
|
2
|
unit
|
||
Komputer
|
1
|
Unit
|
||
Printer
|
1
|
unit
|
||
Bahan ajar
|
35
|
Judul
|
||
Bahan bacaaan
|
45
|
judul
|
||
Listrik
|
1200
|
3 kwh
|
||
5
|
Sarana
olahraga dan kesenian
|
Meja tenis
|
1
|
Unit
|
Bola sepak
|
4
|
buah
|
||
Kaos team
|
1
|
Set
|
||
Bola volly
|
2
|
buah
|
||
Raket bulu
tangkis
|
-
|
Buah
|
||
Alat marawis
|
1
|
set
|
||
Alat rebana
|
1
|
Set
|
||
Rolling
|
1
|
set
|
||
Keyboard
|
1
|
set
|
||
6
|
Sarana kopersi
santri
|
Kantin
|
1
|
Lokasi
|
7
|
Sarana ibadah
|
Mushola
|
1
|
lokasi
|
8
|
Sarana
konsumsi
|
Dapur umum
|
2
|
Lokasi
|
9
|
Sarana air
bersih
|
Sumur dan mata
air
|
2
|
-
|
Bak mandi / WC
|
8
|
Lokasi
|
||
10
|
Kamar tidur
|
16
|
Lokasi
|
F.
KEADAAN SANTRI DAN TENAGA PENGAJAR
1. Keadaan Santri
a. Santri yang mondok / mukim
Jumlah
santri yang mondok / mukim 46
orang
b.
Santri
yang tidak mondok/ tidak mukim
Jumlah
santri yang tidak mondok / tidak mukim 51
orang
Jumlah 97 orang
2. Keadaan Kyai/Nyai dan Ustadz/Ustadzah
Pondok Pesantren Al Abshori
Keadaan
Kyai/Nyai dan Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantrean Al Abshari Desa Karangtawang
kec./kab. Kuningan adalah sebagai berikut :
NO
|
NAMA
|
STATUS
|
PENDIDIKAN
|
1
|
K.H. M.
AMILUDIN
|
KYAI
|
PESANTREN
|
2
|
K.H. MIFTAH AR
ROSYID
|
KYAI
|
PESANTREN
|
3
|
IYAN ANWAR
FAUZI AR
|
USTADZ
|
MAN &
PESANTREN
|
4
|
M. LABIEB
FAHMI
|
USTADZ
|
PESANTREN
|
5
|
NYAI
HJ.ST.BARKAH, S.Pd.I
|
USTADZAH
|
S1
|
6
|
NYAI SA’DIYAH
RAHMANI
|
USTADZAH
|
MAN &
PESANTREN
|
7
|
NYAI HJ. TITI
LATIFAH AR
|
USTADZAH
|
PESANTREN
|
8
|
NYAI ELI FAHMI
|
USTADZAH
|
PESANTREN
|
G.
KURIKULUM DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. KURIKULUM
Kurikulum
pesantren yang dititkberatkan dalam pembinaan aqidah, akhlak, ibadah agar
menjadi lurus dan benar sesuai dengan pemahaman ulama shalih dengan kajian
kitab kuning.
2. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan
pembelajaran di Pondok Pesntren Al Abshori Desa Karangtawang kec./kab. Kuningan
sebagai berikut :
a. Jadwa kegiatan
Kegiatan pembelajaran di laksanakan
4 (empat) kali dalam sehari semalam:
Pagi :Pukul 05.00 s/d 08.00 WIB =
3 jam
Siang :Pukul 13.00 s/d 15.00 WIB =
2 jam
Sore :Pukul 16.00 s/d 17.00 WIB =
1 jam
Malam :Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB = 2 jam
b. Mata pelajaran dan kitab yang digunakan
1) Aqidah / ilmu Tauhid
Kitab
yang digunakan adalah Tijan Darori, Fathul Majid, Aqidah Al diniyyah, Matan Al
Bajuri, Kifayatul Awam, Al Jawahirul Kalamiyah.
2) Ilmu Fiqh
Kitab
yang dipelajari diantaranya Sulamul Munajat, Safinatun Najat, Sulam Taofiq,
I’anatut Al Tholibin, Kifayatul Akhyar, Taqrib, Riyadhul Badi’ah, Fathul Mui’in
3) Ilmu Tajwid (Makhroj Al Qur’an)
Kitab
yang digunakan adalah Sifa Al Jinan, Juz A’ma dan Al Qur’an.
4) Akhlak/Tasawuf
Kitab
yang digunakan adalah Akhlaq Linanin, Akhlak Liibanat, Taysir Al Khallaq,
Ta’lim Al Muta’allim, Bidayat Al Hidayah
5) Bahasa Arab / Nahwu Sharaf
Kitab
yang digunakan adalah Awamil, Al Jurumiyyah, Kayini Nadzam Maqsud, Imriti, Al
Fiyah.
6) Tafsir
Kitab
yang digunakan adalah Tafsir Yaasin, Tafsir Jalalain, Tafsir Al Maroghi.
7) Hadits
Kitab
yang digunakan adalah Hadits Arba’in Al Nawawi, Bulughul Mahrom, Tsalats Al
asa’il, Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Riyadus Shalihin.
8) Tarikh/Sejarah Islam
Kitab
yang digunakan adalah kitab Khulasoh Nurul Yaqin, Qishatul Mi’raj, tarikh Al
Islam, Nurul Yaqin dan Suroh Nahawiyah.
9) Ushul Fiqh
Kitab
yang digunakan adalah Waraqatul Dhiniyah A’la Syaih Al Waraqat, Farabi Al
Bahiyyah, Bidayatul Mujtahid
10)
Khot
Al-Qur’an/Kaligrafi Al-Qur’an
Buku
yang diajarkan salah satunya adalah buku serial Bina Kreativitas Anak dan Mitra
Muda “Belajar Kaligrafi” karangan kaligrafer Indonesia Drs. H. D. Sirojuddin AR
mulai jilid 1 (satu) sampai dengan jilid 7 (tujuh).
11)
Praktek
Ibadah
Dalam
rangka pemantapan kegiatan ibadah para santri disamping teori juga dilaksanakan
praktek kegiatan ibadah baik yang berhubungan dengan kegiatan ibadah Mahdhoh
dan Ghoir Mahdhoh.
H.
KEGIATAN-KEGIATAN PONDOK PESANTREN
Kegiatan
di Pondok Pesantren Al Abshori adalah :
1. Pendidikan Dakwah
2. Pondok Pesantren Salafiyah
3. Majlis Taklim
4. Kursus Kaligrafi Al Qur’an
5. Kursus Kesenian Marawis dan Gambus
6. Olah raga
I. Proses Observasi
Hari/tanggal:
jum’at-sabtu 11-12 November 2017
Pada hari minggu sekitar jam 09.30
kami datang kepondok Al-Abshori, kemudian kami mendatangi rumah dari kyianya
(pengajar) dan bertemu dengan ibu Hj, Titi Latifah sebagai anak dari pemilik
pondok Al-Abshari sekaligus pengajar di pondok tesebut dan istri dari bapak H. Miftah Ar-Rasyid, dan
meminta izin untuk mengikuti proses pembelajaran di pondok ini. Kemudian kami
diizinkan untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut sambil mengamati
prosesnya, dan dilanjut dengan wawancara dengan ibu Hj. Titi sebagai pengasuh
sekaligus pengajar. Wawancara tersebut berisi mengenai latar belakang pondok
Al-Abshori dan menanyakan seputar metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran di pondok tersebut dan pelajaran-pelajaran apa saja yang
dipelajari.
Ketika wawancara berlangsung, adzan
dzuhur pun berkumandang dan kami pun menyelesaikan wawancara tersebut sampai
selesai. Kemudian kami melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah, untuk laki-laki
di mushala pondok dan untuk perempuannya di kobong putri. Setelah shalat
berjama’ah kami berkenalan dengan santri putri dan mengobrol dengan para santri
perempuan.
Pada pukul 13.30 kami mengikuti
proses pembelajaran dengan para santri. Kami mengikuti proses pembelajaran pada
kelas tingkat bawah dan kitab yang dipelajari pada saat itu, yaitu kitab
Safinah dan Jurumiyah. Adapun metode yang digunakan saat pembelajaran yaitu
lugotan, ceramah, bandungan, sorogan, syairan dan metode tartil pada
pembelajaran Al-Qur’an. Walaupun pondok ini berada di daerah sunda namun
lughotan yang dipakai dalam pemaknaan kitab menggunakan lughotan jawa, dengan
tujuan agar para santri bisa melughat dengan bahasa jawa yang lebih mudah, dan
hal tersebut merupakan keunikan tersendiri, karena pengajar lulusan dari ponpes
salafiyah sunda namun metode lughat yang dipakai adalah lughat jawa.
Pada saat proses pembelajaran yang
kami ikuti berlangsung, guru membaca kitab beserta maknanya dan para santri
mendengarkan sambil memahami apa yang diucapkan olehguru dan memperhatikan
kitabnya masing-masing. Kemudian setelah guru selesai membacanya kemudian semua
santri diperintahkan untuk membaca apa yang telah dibaca oleh guru dan dilanjut
dengan menunjuk salah seorang santri putra dan puteri untuk membaca apa yang
telah dibaca oleh guru tadi. Setelah itu, guru menjelaskan kepada santri apa
yang telah dibacanya tadi.
Untuk menunjang proses pembelajaran
di pondok, santri harus mengikuti metode sorogan dalam pelajaran kitab safinah,
jurumiyah, tasrifan dan setoran juz ‘ama bagi santri perempuan. Karena dalam
ilmu nahmu dan sharaf harus hafal terlebh dahulu nadzom jurumiyah agar dalam
mempelajari kitab lainnya lebih mudah, karena nahwu adalah ibunya ilmu dan
sharaf adalah ayahnya ilmu, itu dalam istilah kitabnya.
Kemudian setelah proses pembelajaran
berakhir, kami berfoto dengan para santriwan santriwati untuk dokumentasi.
Kemudian kami pamitan kepada bapak dan ibu ustadznya.
ISI
A. Data diri dan Pengalaman Guru Pengajar
Data diri pengajar :
Nama : KH. Miftah Ar Rosyid
Tempat, tanggal lahir : 24 Oktober 1973
Alamat : Dusun Pasawahan Desa
Karangtawang Kec. Kuningan
Kab. Kuningan Jawa Barat
Pendidik : 1. SD Garut
2. Mondok di Bogor
3. Mondok di pondok pesantren Raudhlatut
Thalibin
Lengkong
Pengalaman Mengajar : Mengajar di pesantre dari tahun 1997
Nama : H. Titi Latifah
Tempat, tanggal lahir : 27 Februari 1974
Alamat : Dusun Pasawahan Desa
Karangtawang Kec. Kuningan
Kab. Kuningan Jawa Barat
Pendidikan : 1. SD Karangtawang
2. MTs Yaspika Karangtawang
3. Mondok di Pesantren Purwasari Kec.
Garawangi
4. Mondok di Tasik
Pengalaman Mengajar : Mengajar di pondok pesantren dari tahun 1995
Bidang-bidang
1.
Pendidikan
dan pengajaran : 1) KH. M. Amiludin
2) KH. Miftah Ar Rosyid
2. Sarana Prasarana : 1) Drs. H. Djejen Zaenuddin
2) Nana Nasyiruddin, S. Pd. I
3. Keamanan dan kesehatan : 1) H. Uud Mas’udin, S. Ag
2) Dra. Hj. Aah Marfu’ah
4. Logistik :
1) Hj. Siti Barkah, S. Pd. I
2) Idah Sa’adiyah Rahman
5. Humas :
1) Drs. H. Mauluddin anwar
2) Ika Riska Setiawati
B. Metode yang Digunakan
1. Paham setelah hafal ( (الفحم بعد الحفظ
v
Kitab Kuning
2. Hafal setelah paham ( (الحفظ بعد الفحم
v
Tikrar
Tikrar merupakan metode menghafal dengan mengandalkan ketelatenan atau
ketekunan dalam membaca yang dilakukan secara continue atau istiqomah yang
Insya Allah akan hafal dengan sendirinya.
v
Bandungan
Metode bandungan merupakan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran di pondok pesantren, khususnya pada kitab kuning. Kiyai
membacakan, menerjemahkan, dan menerangkannya. Sedangkan, santri atau murid
mendengarkan, menyimak, dan mencatat apa yang disampaikan oleh kiyai yang
memberi pengajian tersebut.
v
Sorogan
Secara bahasa, sorogan berasal dari bahasa sorog, yang artinya
menyodorkan materi yang ingin dipelajarinya sehingga mendapatkan bimbingan
secara individual atau secara khusus.
v
Syairan
Metode syairan
merukan metode yang digunakan dalam pembacaan kitab kuning atau nadzom.
Membacanya dengan dilagukan atau disyairkan bersama-sama semua santri.
C. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Tersebut
v Kelebihan
1. Tikrar
Ø Melatih kesabaran karena harus telaten dan istiqamah.
2. Bandungan
Ø Lahirnya sikap takdim kepada kiyai, penulis dan kitab, karena sebelum
mengaji perlu ada hadhoroh (mendo’akan dengan mengiimkan al-fatihah) kepada
penulis kitab agar para santri dapat dengan mudah menguasai kitab yang
dimaksud. Bila membawa kitab harus didekap didadanya dan bila disimpan sebisa
mungkin tidak besentuhan dengan kaki.
Ø Lahirnya kesungguhan belajar, karena jika ketinggalan dalam bandungan,
maka santri akan ketinggalan dalam meloghat. Sehingga harus mengejar dengan
mengikuti pasaran.
3. Sorogan
Ø Kiyai dapat membimbing, mengawasi, dan menilai kemampuan santri secara
langsung.
Ø Efektif untuk mendorong peningkatan kualitassantri tersebut.
Ø Mengajarkan kesabaran, ketaatan, dan disiplin pada santri.
4. Syairan
Ø
Efektif untuk memberikan kebiasaan kepada para santri untuk membaca
kitab
Ø
Tidak jenuh ketika pembelajaran berlangsung
Ø
Membiasakan membaca, sehingga memberi kelancaran santri memahami
dan menghafal kitab tersebut
v Kekurangan
1. Tikrar
Ø Menghabiskan waktu yang cukup lama karena harus dibaca berulang-ulang.
Ø Terkadang membuat jenuh santri
2. Bandungan
Ø Minim terjadinya proses dialog.
Ø Jika tertinggal dalam bandungan, santri akan tertinggal dalam meloghat
3. Sorogan
Ø Hanya boleh menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang
mendalami pelajaran sebelumnya.
Ø Minim terjadinya proses dialog.
4. Sorogan
Ø
Banyak yang mengantuk karena terbawa
syair yang dilagukan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pondok pesantren Al-Abshori merupakan salah satu pondok pesantren yang
bertempat di Jl. Eyang Hasan Maolani RT. 07 RW.01 Dusun
Pesawahan Desa Karangtawang Kec./kab. Kuningan Provinsi Jawa Barat 455333. Bapak KH. Miftah Ar Rosyid dan Ibu H.
Titi Latifah adalah pengasuhnya. Pondok pesantren tersebut didirikan sekitar tahun 1947 dengan jumlah santri menetap
sekitar 46 orang. Tujuan awal beliau membangun pondok
pesantren ini adalah untuk kemaslahatan ummat dan kepentingan ummat serta pada
akhirnya menjadi milik ummat. Metode yang digunakan diantaranya metode tikrar,
metode bandungan, metode sorogan dan syairan. Namun tiap metode pasti ada kekurangan dan
kelebihannya masing-masing.
B. Saran
Saran dari tim observasi terhadap pondok Al-Abshori ialah meningkatkan lagi promosi
pondoknya agar lebih banyak menarik minat orang untuk menuntut ilmu di sana.
Dari metode yang digunakan di pondok pesantren Al-Abshori masih banyak menggunakan metode klasikal dan kurang memadukan metode
yang lebih modern, padahal ketika dikolaborasikan dengan metode yang lebih
modern akan membuat penyampaian materi jadi lebih mudah diserap dan dipahami
oleh santri serta manjauhkan kesan pondok pesanren yang dianggap kuno.
Lampiran 1
PONDOK PESANTREN SALAF AL ABSHORI
Sekretariat : Jl.
Eyang Hasan Maolani RT. 07 RW.01 Dusun Pesawahan Desa Karangtawang Kec./kab. Kuningan
Provinsi Jawa Barat 455333
SUSUNAN KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN SALAF
AL-ABSHORI
Pelindung : Kepala Desa Karangtawang
Ketua : Drs. KH. Hafidin Achmad
Wakil : Drs. H. D. Sirojuddin AR, M. Ag
Sekretaris : Drs. H. D. Nurdin, M. Si
Wakil : Rachmat Jatnika, S. Kom
Bendahara : Iyan Anwar Fauzi AR
Wakil : Hj. Titi Latifah AR
Lampiran 4
Dokumentasi Pondok
Langganan:
Postingan (Atom)