Kamis, 02 Mei 2019

Beban Moral Guru Agama Lebih Berat


Beban Moral Guru Agama

Latar belakang kenapa masih banyak guru yang melakukan kesalahan ketika mengajar setahu saya karena menjadi seorang guru itu tidak mudah, harus punya keahlian dibidangnya, harus mengerti karakteristik peserta didik itulah kenapa para calon guru itu diharusnya belajar ilmu psikologi dulu, bagaimana cara menghadapi peserta didik yang pendiam, tidak bisa diam dan lain sebagainya apalagi kalau melihat tipe-tipe belajar siswa ada yang visual,ada yang audiotori, ada yang kinestetik dan itu dipertemukan dalam satu kelas, guru harus pandai-pandai memadupadankan beberapa metode untuk bahan mengajar. Jadi, untuk mejadi guru professional harus dibutuhkan keahlian, tidak semudah apa yang dipikirkan apalagi guru agama yang mana guru agama itu lebih berat beban moralnya daripada guru yang lain karena ketika melihat akhlak siswa itu tertuju pada guru agamanya. Sebisa mungkin kita sebagai calon guru pendidikan agama Islam (PAI) harus bisa bermuhasabah atau intropeksi dulu sebelum kita jadi guru agama, sudah cukupkah ilmu kita, sudah cukup akhlak kita. Memang guru yang baik adalah guru terus menerus belajar, belajar dari suatu kesalahan kemudian mengambil hikmah dari kejadian tersebut dan yang paling penting seorang guru itu harus bisa mengajar dengan hati karena apa? Karena pesan dari dalam hati aka sampai pada hati juga. Dan sebagai calon guru agama, kita juga sudah diwanti-wanti oleh dosen bahwa jangan jadikan profesi guru itu sebagai pekerjaan, khawatir nanti tujuan kita mengajar itu salah yaitu untuk mengejar dunia padahal niat awalnya adalah mau menyebarkan ilmu ingin menjadi salah satu orang yang disabdakan Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wassalam yaitu salah satu orang yang yang amalnya tidak akan terputus walaupun sudah meninggal dunia dan  yang paling penting ketika kita sudah mengajar harus lillahi ta’ala atau hanya mengharap ridha Allah SWT.
            Kesalahan guru yang sering dilakukan dan menjadi pelajaran bagi saya juga yaitu, diurutkan saja ketika guru datang ke kelasnya tidak on time  (tidak tepat waktu) tanpa adanya udzur, apalagi guru agama yang mana guru agama itu dijadikan suri teladan ketika melihat dari sisi akhlak. Nah, murid-murid zaman sekarang sudah mengalami degradasi moral atau penurunan moral misanya saja menganggap guru yang datangnya tepat waktu itu terlalu rajin padahalkan itu tuh bukan termasuk hal yang perlu di sanjung-sanjungkan, ada lagi contoh seperti menganggap orang yang menjalankan sholat 5 waktu itu sebagai orang sholeh lebih-lebih lagi kalau berjama’ah di masjid padahalkan itu merupakan kewajibankita sebagai orang muslim. Itulah salah satu penyebab kenapa banyak orang pintar yang tidak benar misalnya para koruptor, mereka pintar tapi tidak benar, menggunakan kepintarannya untuk hal tidak benarkan oleh syari’at. Benar-benar tugas berat pengemban akhlak ada di pundak guru agama, sebisa mungkin kita sebagai calon guru agama mempersiapkan bekal untuk mengurangi degradasi moral tersebut.
            Pertama tidak guru tidak on time, kedua tidak mempersiapkan materi mengajar dengan baik. ingat guru yang baik yaitu guru yang tidak berhenti belajar atau terus menerus belajar, selalu tidak puas dengan apa yang diajarnya sehingga selalu ada evaluasi/perbaikan kedepannya. Apalagi ada beberapa mata pelajaran yang ada masa kadaluarsanya, 20 tahun yang lalu kemudian diajarkan di tahun sekarang maka tidak akan relevan, itulah alasan kenapa kurikulum beberapa tahun kemudian harus diganti karena seiring bertambahnya waktu ada beberapa perubahan pada sistem pendidikan misalnya yang dulunya hanya bisa belajar dari ucapan dikelas, sekarang sudah zamannya IT (Ilmu Teknologi) apa-apa harus pake internet, berkemungkinan pembelajaran seperti sekarang ada perubahan.
            Diskriminatif atau tidak adil, ada guru yang selalu fokus pada anak yang pintar  saja atau anak yang cantik saja. Padahal anak-anak yang lain juga butuh perhatian dari sang guru, kalau sudah seperti itu murid yang tidak merasa diperhatikan akan malas belajar dengan guru tersebut, karena guru tersebut hanya fokus ke anak-anak itu dan yang lain cuma dikacangin istilah anak muda sekarang.
            Memaksakan peserta didik, guru suruh ini itu harus dituruti oleh siswa itu juga kesalahan yang biasanya dilakukan oleh guru, sebagai guru yang baik kita hanya memfasilitator saja, kita tidak harus memaksa peserta didik kita menjadi guru semua, karena mereka itu kopleks tidak bisa disamakan, ada yang suka di bidang seni adan yang di olahraga. Nah, kalau tugas seorang guru itu menyehatkan rohani pesrta didiknya sama seperti guru olahraga tapi kalau guru olahraga menyehatkan fisik peserta didik.
            Ketika ada anak yang melakukan kesalahan misalnya terlambat waktu masuk kelas, jangan dulu menghakimi atau langsung diberi hukuman. Mengajarkan kedisiplinan itu tidak masalah tapi caranya yang harus benar misalnya jangan beri hukuman yang sifatnya tidak mendidik. Kasihlah hukuman yang sifatnya mendidik misalnya dengan menyuruh anak tersebut menghafal surah pendek atau menyanyikan lagu-lagu nasional. Yang penting ada unsur jeranya.
            Ada lagi kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang guru yang mungkin tidak disadari yaitu merasa dirinya paling tahu, paling pandai di kelas. Jangan mentang-mentang kita sebagai guru menutup diri dari saran dan kritik. Kalau ada siswa yang kurang sependapat sama guru, cobalah hargai pendapatnya karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Buang dulu egonya, sehingga hati kita bisa menerima. Jika kita menolak kebaikan padahal itu benar-benar baik berarti ada yang salah dalam hati kita. Ada kotoran hati yang menempel dalam diri, jangan menganggap peserta didik itu tidak ada isinya sama sekali, semua ada isinya makanya peran guru di kurikulum 2013 itu hanya menjadi fasilatator.
            Mendengar ceramah dari ustadz Adi Hidayat bahwasanya dalam qur’an untuk bisa masuk  kriteria guru yang baik itu ada tiga, yang pertama tawadhu (rendah hati) , kedua waro’ (menjauhkan diri dari perbuatan dosa), yang ketiga itu takut pada Allah. Kenapa tidak ada pandai atau pintar dalam kriteria yang disebutkan oleh ust. Adi? karena di bumi itu sudah sangat banyak yang pandai tapi untuk bisa mempunyai sifat tawadhu, waro’ dan takut pada Allah itu yang susah dicari.
            Mungkin itu saja yang bisa saya ungkapkan mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh guru baik sadar atau tidak. Dan itu bisa dijadikan sebagai pembelajaran khususnya saya pribadi sebisa mungkin untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan tersebut. Saya simpulkan bahwa untuk menjadi seorang guruitu tidak mudah, selalu perbaiki niat setiap saat, ingat tujuan kita mengajar untuk apa. Jangan coba-coba mengajar tanpa persiapan, khawatir terjadi malpraktek sebisa mungkin kita belajar dasar-dasar mengajar, belajar tanpa henti sampai menjadi guru yang sesungguhnya, guru yang selalu memotivasi muridnya, guru yang mengajar dengan hati yang selalu dirindukan oleh murid-muridnya yang ketika gurunya sedang berhalangan hadir membuat murid bertanya-tanya kenapa sang guru tidak masuk, sehingga ada perasaan yang mengganjal ketika sang guru berhalangan untuk tidak masuk kelas.

03 Mei 2019 di Karangampel

Senin, 29 April 2019

Silaturahim Ke Pondok Pesantren Al-Abshori Kuningan



Laporan Observasi
(Observasi Lapangan di PONDOK PESANTREN AL-ABSHORI)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Umamatul Khaeriyah, M.A
Jurusan/Kelas/Semester : PAI/A/III




Disusun Oleh  :
1. Muhammad Rizal ‘A      (1608101010)             6. Izki Nur F               (1608101040)
2. Jaenudin                         (1608101027)             7. Eni Rohayati           (1608101039)
3. Rini N                             (1608101011)             8. Hanjar Al Aziziah   (1608101030)
4. Mira K                             (1608101031)             9. Tanti Onaepit          (1608101032)
5. Devi Yulianingsih          (1608101002)             10 Sidik Hamdani       (1608101018)

Jurusan/Kelas/Semester : PAI/A/III
2017/2018
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Jl.Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon


PENDAHULUAN
A.    Tujuan Observasi
Observasi ke pondok pesantren ini merupakan saah satu tugas dari mata kuliah Hadits Tarbawi yang dimaksudkan untuk membuat mahasiswa PAI sebagai calon pendidik khususnya calon guru agama baik di lembaga formal seperti sekolah dan madrasah bahkan tidak menutup kemungkinan sampai menjadi pendidik di pondok pesantren baik modern maupun klasik (salaf) mengetahui bagaimana proses pendidikan Islam khususnya dalam konteks pondok pesantren lebih khusus lagi observasi ini bertujuan untuk mengetahui metode apa saja dan bagaimana saja yang diimplementasikan dalam pendidikan Islam khususnya dalam pendidikan Islam pada wilayah pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non-formal yang tersebar di Indonesia. Di mana pondok pesantren lahir di tengah-tengah masyarakat. Setiap pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana pemimpinanya dan metode apa saja yang diterapkan dalam pembelajarannya. Nama pondok yang kami observasi yaitu Pondok Pesantren Al-Abshori di Kecamatan Lengkong Kabupaten Kuningan.
B.     Gambaran Umum Keadaan Lembaga Pendidikan yang Diobservasi

Pondok pesantrean Al- Abshori didirikan sekitar januari 1947 oleh bapak kiyai KH. Abdurrohman (Alm) di Desa Karangtawang Kec./kab. Kuningan Provinsi Jawa Barat 455333. Pondok Pesantren Al-Abshori di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang (YASPIKA). Pondok pesantrennya merupakan Pondok Pesantren Salafiyah.
C.    Visi, Misi dan Tujuan
VISI
Terwujudnya generasi Muslim yang cerdas, terampil, berdaya saing dan berakhlak mulia.
MISI
Menyelenggarakan pendidkan yang berkualitas unggulan berazaskan Al Qur’an dan As Sunnah, bermanhaj Salafus Shalih dengan upaya menata Ruhaniyah Imaniyah.


TUJUAN
1.      Membina santri/siswa dengan tuntutan aqidah sunah waljamaah dengan kajian kitab kuning.
2.      Membantu pemerintah dalam rangka menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
D.  OUT PUT
Diharapkan santi/siswa yang lullus dari pondok pesantren Al Abshori ini memiliki kecakapan :
1.      Memiliki hafalan Al Qur’an minimal Juz ‘Ama
2.      Memiliki hafalan Hadits minimal haditsAl-Arba’ain An-Nawawi
3.      Memiliki hafalan ilmu Alat seperti Nadzom Al Jurumiyah, Al ‘imrithi, Alfiyah Ibnu Malik dan sebagainya.
4.      Memiliki keterampilan sebagai dasar pokok agar mampu hidup mandiri di masyarakat.
5.      Mampu berbicara dan menghafal kitab kuning serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
E.   SARANA DAN PRASARANA
Jenis Sarana dan Prasarana
No
Jenis Sarana
Keadaan
1
Luas Gedung

Luas tanah 524 m2
Luas Bangunan 324 m3
2
Tempat penyelenggaraan kegiatan
Aula / Madrasah / Masjid
3
Status Bangunan / Gedung Lembaga
Milik Pondok Pesantren
4
Sarana Belajar

Ruang belajar
4
Unit
Meja & Kursi
40
Set
Papan Tulis
6
unit
Lemari / rak buku
3
Unit
Mesin tik
2
unit
Komputer
1
Unit
Printer
1
unit
Bahan ajar
35
Judul
Bahan bacaaan
45
judul
Listrik
1200
3 kwh
5
Sarana olahraga dan kesenian
Meja tenis
1
Unit
Bola sepak
4
buah
Kaos team
1
Set
Bola volly
2
buah
Raket bulu tangkis
-
Buah
Alat marawis
1
set
Alat rebana
1
Set
Rolling
1
set
Keyboard
1
set
6
Sarana kopersi santri
Kantin
1
Lokasi
7
Sarana ibadah
Mushola
1
lokasi
8
Sarana konsumsi
Dapur umum
2
Lokasi
9
Sarana air bersih
Sumur dan mata air
2
-
Bak mandi / WC
8
Lokasi
10
Kamar tidur
16
Lokasi
F.   KEADAAN SANTRI DAN TENAGA PENGAJAR
1.      Keadaan Santri
a.    Santri yang mondok / mukim
Jumlah santri yang mondok / mukim                     46 orang
b.         Santri yang tidak mondok/ tidak mukim
Jumlah santri yang tidak mondok / tidak mukim   51 orang
                               Jumlah                                     97 orang
2.      Keadaan Kyai/Nyai dan Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Al Abshori
Keadaan Kyai/Nyai dan Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantrean Al Abshari Desa Karangtawang kec./kab. Kuningan adalah sebagai berikut :

NO
NAMA
STATUS
PENDIDIKAN
1
K.H. M. AMILUDIN
KYAI
PESANTREN
2
K.H. MIFTAH AR ROSYID
KYAI
PESANTREN
3
IYAN ANWAR FAUZI AR
USTADZ
MAN & PESANTREN
4
M. LABIEB FAHMI
USTADZ
PESANTREN
5
NYAI HJ.ST.BARKAH, S.Pd.I
USTADZAH
S1
6
NYAI SA’DIYAH RAHMANI
USTADZAH
MAN & PESANTREN
7
NYAI HJ. TITI LATIFAH AR
USTADZAH
PESANTREN
8
NYAI ELI FAHMI
USTADZAH
PESANTREN
G.      KURIKULUM DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1.      KURIKULUM
Kurikulum pesantren yang dititkberatkan dalam pembinaan aqidah, akhlak, ibadah agar menjadi lurus dan benar sesuai dengan pemahaman ulama shalih dengan kajian kitab kuning.
2.      PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran di Pondok Pesntren Al Abshori Desa Karangtawang kec./kab. Kuningan sebagai berikut :

a.    Jadwa kegiatan
Kegiatan pembelajaran di laksanakan 4 (empat) kali dalam sehari semalam:
Pagi    :Pukul 05.00 s/d 08.00 WIB   = 3 jam
Siang  :Pukul 13.00 s/d 15.00 WIB   = 2 jam
Sore    :Pukul 16.00 s/d 17.00 WIB   = 1 jam
Malam            :Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB   = 2 jam
b.    Mata pelajaran dan kitab yang digunakan
1)   Aqidah / ilmu Tauhid
Kitab yang digunakan adalah Tijan Darori, Fathul Majid, Aqidah Al diniyyah, Matan Al Bajuri, Kifayatul Awam, Al Jawahirul Kalamiyah.
2)   Ilmu Fiqh
Kitab yang dipelajari diantaranya Sulamul Munajat, Safinatun Najat, Sulam Taofiq, I’anatut Al Tholibin, Kifayatul Akhyar, Taqrib, Riyadhul Badi’ah, Fathul Mui’in
3)   Ilmu Tajwid (Makhroj Al Qur’an)
Kitab yang digunakan adalah Sifa Al Jinan, Juz A’ma dan Al Qur’an.
4)   Akhlak/Tasawuf
Kitab yang digunakan adalah Akhlaq Linanin, Akhlak Liibanat, Taysir Al Khallaq, Ta’lim Al Muta’allim, Bidayat Al Hidayah
5)   Bahasa Arab / Nahwu Sharaf
Kitab yang digunakan adalah Awamil, Al Jurumiyyah, Kayini Nadzam Maqsud, Imriti, Al Fiyah.
6)   Tafsir
Kitab yang digunakan adalah Tafsir Yaasin, Tafsir Jalalain, Tafsir Al Maroghi.
7)   Hadits
Kitab yang digunakan adalah Hadits Arba’in Al Nawawi, Bulughul Mahrom, Tsalats Al asa’il, Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Riyadus Shalihin.
8)   Tarikh/Sejarah Islam
Kitab yang digunakan adalah kitab Khulasoh Nurul Yaqin, Qishatul Mi’raj, tarikh Al Islam, Nurul Yaqin dan Suroh Nahawiyah.


9)   Ushul Fiqh
Kitab yang digunakan adalah Waraqatul Dhiniyah A’la Syaih Al Waraqat, Farabi Al Bahiyyah, Bidayatul Mujtahid
10)         Khot Al-Qur’an/Kaligrafi Al-Qur’an
Buku yang diajarkan salah satunya adalah buku serial Bina Kreativitas Anak dan Mitra Muda “Belajar Kaligrafi” karangan kaligrafer Indonesia Drs. H. D. Sirojuddin AR mulai jilid 1 (satu) sampai dengan jilid 7 (tujuh).
11)         Praktek Ibadah
Dalam rangka pemantapan kegiatan ibadah para santri disamping teori juga dilaksanakan praktek kegiatan ibadah baik yang berhubungan dengan kegiatan ibadah Mahdhoh dan Ghoir Mahdhoh.
H.  KEGIATAN-KEGIATAN PONDOK PESANTREN
Kegiatan di Pondok Pesantren Al Abshori adalah :
1.    Pendidikan Dakwah
2.    Pondok Pesantren Salafiyah
3.    Majlis Taklim
4.    Kursus Kaligrafi Al Qur’an
5.    Kursus Kesenian Marawis dan Gambus
6.    Olah raga







I.       Proses Observasi
Hari/tanggal: jum’at-sabtu 11-12 November 2017
            Pada hari minggu sekitar jam 09.30 kami datang kepondok Al-Abshori, kemudian kami mendatangi rumah dari kyianya (pengajar) dan bertemu dengan ibu Hj, Titi Latifah sebagai anak dari pemilik pondok Al-Abshari sekaligus pengajar di pondok tesebut dan  istri dari bapak H. Miftah Ar-Rasyid, dan meminta izin untuk mengikuti proses pembelajaran di pondok ini. Kemudian kami diizinkan untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut sambil mengamati prosesnya, dan dilanjut dengan wawancara dengan ibu Hj. Titi sebagai pengasuh sekaligus pengajar. Wawancara tersebut berisi mengenai latar belakang pondok Al-Abshori dan menanyakan seputar metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di pondok tersebut dan pelajaran-pelajaran apa saja yang dipelajari.
            Ketika wawancara berlangsung, adzan dzuhur pun berkumandang dan kami pun menyelesaikan wawancara tersebut sampai selesai. Kemudian kami melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah, untuk laki-laki di mushala pondok dan untuk perempuannya di kobong putri. Setelah shalat berjama’ah kami berkenalan dengan santri putri dan mengobrol dengan para santri perempuan.
            Pada pukul 13.30 kami mengikuti proses pembelajaran dengan para santri. Kami mengikuti proses pembelajaran pada kelas tingkat bawah dan kitab yang dipelajari pada saat itu, yaitu kitab Safinah dan Jurumiyah. Adapun metode yang digunakan saat pembelajaran yaitu lugotan, ceramah, bandungan, sorogan, syairan dan metode tartil pada pembelajaran Al-Qur’an. Walaupun pondok ini berada di daerah sunda namun lughotan yang dipakai dalam pemaknaan kitab menggunakan lughotan jawa, dengan tujuan agar para santri bisa melughat dengan bahasa jawa yang lebih mudah, dan hal tersebut merupakan keunikan tersendiri, karena pengajar lulusan dari ponpes salafiyah sunda namun metode lughat yang dipakai adalah lughat jawa.
            Pada saat proses pembelajaran yang kami ikuti berlangsung, guru membaca kitab beserta maknanya dan para santri mendengarkan sambil memahami apa yang diucapkan olehguru dan memperhatikan kitabnya masing-masing. Kemudian setelah guru selesai membacanya kemudian semua santri diperintahkan untuk membaca apa yang telah dibaca oleh guru dan dilanjut dengan menunjuk salah seorang santri putra dan puteri untuk membaca apa yang telah dibaca oleh guru tadi. Setelah itu, guru menjelaskan kepada santri apa yang telah dibacanya tadi.
            Untuk menunjang proses pembelajaran di pondok, santri harus mengikuti metode sorogan dalam pelajaran kitab safinah, jurumiyah, tasrifan dan setoran juz ‘ama bagi santri perempuan. Karena dalam ilmu nahmu dan sharaf harus hafal terlebh dahulu nadzom jurumiyah agar dalam mempelajari kitab lainnya lebih mudah, karena nahwu adalah ibunya ilmu dan sharaf adalah ayahnya ilmu, itu dalam istilah kitabnya.
            Kemudian setelah proses pembelajaran berakhir, kami berfoto dengan para santriwan santriwati untuk dokumentasi. Kemudian kami pamitan kepada bapak dan ibu ustadznya.
ISI

A.    Data diri dan Pengalaman Guru Pengajar
Data diri pengajar :
Nama                           : KH. Miftah Ar Rosyid
Tempat, tanggal lahir  : 24 Oktober 1973
Alamat                                    : Dusun Pasawahan Desa Karangtawang Kec. Kuningan
                                      Kab. Kuningan Jawa Barat
Pendidik                      : 1. SD Garut
                                      2. Mondok di Bogor
                                      3. Mondok di pondok pesantren Raudhlatut Thalibin
                                          Lengkong
Pengalaman Mengajar : Mengajar di pesantre dari tahun 1997
           

Nama                           : H. Titi Latifah
Tempat, tanggal lahir  : 27 Februari 1974
Alamat                                    : Dusun Pasawahan Desa Karangtawang Kec. Kuningan
                                      Kab. Kuningan Jawa Barat
Pendidikan                  : 1. SD Karangtawang
                                      2. MTs Yaspika Karangtawang
                                      3. Mondok di Pesantren Purwasari Kec. Garawangi
                                      4. Mondok di Tasik
Pengalaman Mengajar : Mengajar di pondok pesantren dari tahun 1995
           


Bidang-bidang
1.      Pendidikan dan pengajaran     : 1) KH. M. Amiludin
  2) KH. Miftah Ar Rosyid
2.      Sarana Prasarana                     : 1) Drs. H. Djejen Zaenuddin
  2) Nana Nasyiruddin, S. Pd. I
3.      Keamanan dan kesehatan       : 1) H. Uud Mas’udin, S. Ag
  2) Dra. Hj. Aah Marfu’ah
4.      Logistik                                   : 1) Hj. Siti Barkah, S. Pd. I
  2) Idah Sa’adiyah Rahman
5.      Humas                                     : 1) Drs. H. Mauluddin anwar
  2) Ika Riska Setiawati


B.     Metode yang Digunakan
1.      Paham setelah hafal (  (الفحم بعد الحفظ
v  Kitab Kuning
2.      Hafal setelah paham (  (الحفظ بعد الفحم
v  Tikrar
Tikrar merupakan metode menghafal dengan mengandalkan ketelatenan atau ketekunan dalam membaca yang dilakukan secara continue atau istiqomah yang Insya Allah akan hafal dengan sendirinya.


v  Bandungan
Metode bandungan merupakan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di pondok pesantren, khususnya pada kitab kuning. Kiyai membacakan, menerjemahkan, dan menerangkannya. Sedangkan, santri atau murid mendengarkan, menyimak, dan mencatat apa yang disampaikan oleh kiyai yang memberi pengajian tersebut.
v  Sorogan
Secara bahasa, sorogan berasal dari bahasa sorog, yang artinya menyodorkan materi yang ingin dipelajarinya sehingga mendapatkan bimbingan secara individual atau secara khusus.
v  Syairan
Metode syairan merukan metode yang digunakan dalam pembacaan kitab kuning atau nadzom. Membacanya dengan dilagukan atau disyairkan bersama-sama semua santri.

C.    Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Tersebut
v  Kelebihan
1.      Tikrar
Ø  Melatih kesabaran karena harus telaten dan istiqamah.
2.      Bandungan
Ø  Lahirnya sikap takdim kepada kiyai, penulis dan kitab, karena sebelum mengaji perlu ada hadhoroh (mendo’akan dengan mengiimkan al-fatihah) kepada penulis kitab agar para santri dapat dengan mudah menguasai kitab yang dimaksud. Bila membawa kitab harus didekap didadanya dan bila disimpan sebisa mungkin tidak besentuhan dengan kaki.
Ø  Lahirnya kesungguhan belajar, karena jika ketinggalan dalam bandungan, maka santri akan ketinggalan dalam meloghat. Sehingga harus mengejar dengan mengikuti pasaran.
3.      Sorogan
Ø  Kiyai dapat membimbing, mengawasi, dan menilai kemampuan santri secara langsung.
Ø  Efektif untuk mendorong peningkatan kualitassantri tersebut.
Ø  Mengajarkan kesabaran, ketaatan, dan disiplin pada santri.

4.      Syairan
Ø  Efektif untuk memberikan kebiasaan kepada para santri untuk membaca kitab
Ø  Tidak jenuh ketika pembelajaran berlangsung
Ø  Membiasakan membaca, sehingga memberi kelancaran santri memahami dan menghafal kitab tersebut
v  Kekurangan
1.      Tikrar
Ø  Menghabiskan waktu yang cukup lama karena harus dibaca berulang-ulang.
Ø  Terkadang membuat jenuh santri
2.      Bandungan
Ø  Minim terjadinya proses dialog.
Ø  Jika tertinggal dalam bandungan, santri akan tertinggal dalam meloghat
3.      Sorogan
Ø  Hanya boleh menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya.
Ø  Minim terjadinya proses dialog.
4.      Sorogan
Ø  Banyak yang mengantuk karena terbawa syair yang dilagukan





PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Pondok pesantren Al-Abshori merupakan salah satu pondok pesantren yang bertempat di Jl. Eyang Hasan Maolani RT. 07 RW.01 Dusun Pesawahan Desa Karangtawang Kec./kab. Kuningan Provinsi Jawa Barat 455333. Bapak KH. Miftah Ar Rosyid dan Ibu H. Titi Latifah adalah pengasuhnya. Pondok pesantren tersebut didirikan sekitar tahun 1947 dengan jumlah santri  menetap sekitar 46 orang. Tujuan awal beliau membangun pondok pesantren ini adalah untuk kemaslahatan ummat dan kepentingan ummat serta pada akhirnya menjadi milik ummat. Metode yang digunakan diantaranya metode tikrar, metode bandungan, metode sorogan dan syairan. Namun tiap metode pasti ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
B.     Saran
Saran dari tim observasi terhadap pondok Al-Abshori ialah   meningkatkan lagi promosi pondoknya agar lebih banyak menarik minat orang untuk menuntut ilmu di sana. Dari metode yang   digunakan di pondok pesantren Al-Abshori masih banyak menggunakan metode klasikal dan kurang memadukan metode yang lebih modern, padahal ketika dikolaborasikan dengan metode yang lebih modern akan membuat penyampaian materi jadi lebih mudah diserap dan dipahami oleh santri serta manjauhkan kesan pondok pesanren yang dianggap kuno.


Lampiran 1

PONDOK PESANTREN SALAF AL ABSHORI
Sekretariat : Jl. Eyang Hasan Maolani RT. 07 RW.01 Dusun Pesawahan Desa         Karangtawang Kec./kab. Kuningan Provinsi Jawa Barat 455333
 


SUSUNAN KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN SALAF AL-ABSHORI

Pelindung        : Kepala Desa Karangtawang
Ketua              : Drs. KH. Hafidin Achmad
Wakil               : Drs. H. D. Sirojuddin AR, M. Ag
Sekretaris        : Drs. H. D. Nurdin, M. Si
Wakil               : Rachmat Jatnika, S. Kom
Bendahara       : Iyan Anwar Fauzi AR
Wakil               : Hj. Titi Latifah AR





Lampiran 4
Dokumentasi Pondok