MAKALAH
PEMAHAMAN PRIBADI
SISWA
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Terstruktur
pada Mata Kuliah Psikologi Belajar
DosenPengampu :
Siti
Maryam Munjiat S.S. M.Pd.I
Disusun Oleh :
1.
Insan
Kamiludin ( 1608101012)
2.
Sintiya
Rahayu (1608101013)
3.
Siti
Nur Azizah (1608101016)
Jurusan/Kelas/Semester : PAI/A/ V
TAHUN AJARAN 2018/2019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kegiatan belajar mengajar merupakan
suatu kegiatan interaksi antara guru dan murid dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan
waktu tertentu pula. [1]
Oleh karena itu peran guru sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan
pendidikan atau hasil dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sebagaimana yang
tertulis dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
3 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu pemahaman sangat
dibutuhkan, agar tercapainya tujuan dari kegiatan pembelajaran. Selain siswa
harus belajar untuk mendapatkan pemahaman yang baik, gurupun harus demiikian.
Salah satu cara untuk mencapai
tujuan tersebut yaitu guru harus memahami bagaimana karakteristik dan latar
belakang dari masing-masing siswa yang dibimbingnya. Selain itu, pemahaman
terhadap pribadi siswa sangat penting dimiliki oleh seorang guru agar bisa
diterima oleh siswa yang diajarnya. Penjelasan lebih jauhnya akan kami sajikan
dalam makalah yang berjudul pemahaman pribadi siswa ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan pemahaman pribadi siswa?
2.
Bagaimana
cara meningkatkan pemahaman pribadi siswa?
3.
Apa
saja faktor yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Mengetahui
pengertian kepribadian siswa.
2.
Mengetahui
cara meningkatkan pemahaman pribadi siswa.
3.
Mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemahaman Pribadi Siswa
Menurut Kamus Besar Indonesia,
pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.[2]. Pemahaman atau comprehension, adalah suatu kemampuan yang
umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya
tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.
Benyamin S. Bloom pemahaman
adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan
menggunakan bahasa sendiri.[3]
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Pemahaman termasuk dalam salah satu bagian dari aspek kognitif,
karena pemahaman merupakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Mulyasa menyimpulkan
bahwa pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan memberi
kepercayaan, komunikasi yang bebas dan
pengarahan diri. Dalam hal ini, peserta didik akan
lebih mudah untuk memahami pelajaran jika :
a.
Dikembangkannya rasa percaya diri dalam diri peserta didik,
sehingga peserta didik tersebut akan lebih mudah
untuk memahami pelajaran yang diberikan.
b.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi secara bebas dan terarah.
c.
Melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan sehingga
pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran
dapat tercapai.[4]
Berdasarkan pernyataan
di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pemahaman disini dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
untuk dapat memahami atau menguasai suatu
bahan materi ajar dalam suatu pembelajaran.
Pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga menginginkan
siswa yang belajar dapat memanfaatkan atau mengaplikasikan
apa yang telah dipahaminya. Apabila siswa tersebut memahami apa yang telah dipelajarinya, maka siswa tersebut
akan siap untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan pada saat belajar. Dan belajar adalah upaya memperoleh
pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna
atau pengertian. Berkaitan dengan hal ini J. Murshell mengatakan: “Isi
pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan
pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Definisi di atas, tidak
bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang
diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat
operasional adalah:
1.
Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu
hubungan
Pemahaman disini mengandung arti dari definisi
yang pertama, yakni pemahaman diartikan mempunyai ide tentang persoalan.
Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu dikumpulkan.
2.
Pemahaman diartikan sebagai suatu alat
menggunakan fakta
Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang
kedua, yakni pemahaman tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang
juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman
terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara
intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat
mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat
melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
3.
Pemahaman diartikan sebagai melihat
penggunaan sesuatu secara produktif
Dalam hal ini pemahaman diartikan jika seseorang
tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat
dan dapat digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat
dilihat pada waktu proses belajar mengajar. Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang
lainnya, kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat
keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan maka
evaluasi hasil belajar memiliki saran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam
tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi
serta pengembangan keterampilan intelektual, menurut taksonomi (penggolongan)
ranah kognitif ada enam tingkat, yaitu:
a. Pengetahuan,
merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat
kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam
bentuk seperti mempelajari.
b.
Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya
berupa kemampuan memantau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa
perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
c.
Penggunaan atau penerapan, merupakan
kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi
yang kongkret dan situasi baru.
d.
Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan
isi pelajaran ke dalam struktur yang baru.
e.
Sintesis, merupakan kemampuan
menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.
f.
Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi
pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.
Ranah
afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi. Sedangkan ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
perseprual, keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan
ekspresif interpretatif.
Salah
satu faktor yang sering dianggap menurun motivasi siswa untuk belajar adalah
materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi tersebut. Materi
pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa yang membosankan, terlalu sulit,
tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, terlalu banyak materi untuk
waktu yang terbatas dan sebagainya.akan tetapi lebih utama dari materi
pelajaran adalah guru.
Sedangkan pribadi merupakan istilah abstrak untuk
mendefinisikan suatu makhluk, misalnya seorang manusia, yang memiliki kapasitas
atau ciri tertentu yang memiliki kepribadian.[5]
Kepribadian adalah sebuah kata yang menandakan sebuah ciri
pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri.
Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha,
aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari dalam
berinteraksi dengan orang lain. Jika unsur-unsur kepribadian ini menyatakan
diri dalam kombinasi yang berulang-ulang secara khas dan dinamis maka hal
demikian dikenal dengan nama gaya kepribadian.
Kepribadian adalah khas bagi setiap pribadi, sedangkan gaya
kepribadian bisa dimiliki oleh orang lain yang juga menunjukkan kombinasi yang
berulang-ulang secara khas dan dinamis dari ciri pembawaan dan pola kelakuan
yang sama. Gregory membagi tipe gaya kepribadian ke dlaam 12 tipe, yaitu:
kepribadian yang mudah menyesuaikan diri, kepribadian yang berambisi,
kepribadian yang memengaruhi, kepribadian yang berprestasi, kepribadian yang
idealistis, kepribadian yang sabar, kepribadian yang mendahului, kepribadian
yang perseptif, kepribadian yang peka, kepribadian yang berketetapan,
kepribadian yang ulet, dan kepribadian yang berhati-hati.[6]
Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, ia berpendapat bahwa siswa
merupakan oranag yang dating ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari
beberapa tipe pendidikan, selanjutnya orang ini disebut pelajar atau orang yang mempelajari ilmu pengetahuan
berapapun usianya, dari manapun, dengan biaya apapun untuk meningkatkan
pengetahuan dan moral pelaku belajar. [7] Siswa
atau murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru,
tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan
bahwa murid adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya. pada
dasarnya, ia adalah konsep penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya
murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.
Beberapa ahli lainnya pun telah mencoba mendefinisikan apa yang
dimaksud dengan kepribadian. Diantara beberapa ahli tersebut antara lain:
a.
George
Kelly mengemukakan bahwa kepribadian adalah cara unik dari individu dalam
mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
b.
Gordon
Allport mengemukakan bahwa kepribadian suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu
secara khas.
c.
Sigmund
Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari
tiga sistem, yakni id, ego, dan super ego, sedangkan tingkah laku lain
merupakan konflik dan rekonsiliasi dari ketiga unsur dalam sistem kepribadian
tersebut.
d.
Menurut
Browner kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak ketakutan, dorongan
dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap seseorang. Perilaku ada yang
bersifat tampak dan ada pula yang tidak tampak.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas kepribadian yaitu cara unik
setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya berdasarkan kognitif,
emosional, dorongan dan kebutuhan sosialnya
yang diwujudkan dalam benuk pola-pola perilaku yang tampak maupun tidak
tampak.[8]
B.
CARA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
Meningkatkan pemahaman pribadi siswa dapat dilakukan oleh guru yang
memiliki ciri-ciri:
1.
Memperhatikan
Pribadi Murid
Guru yang efektif dan profesional amat care (perhatian) pada
pribadi para peserta didiknya dan menampakkan hal itu sehingga para peserta
didik merasakannya. Perhatian personal seperti ini paling dapat dirasakan dari
tatapan mata di antara guru dengan para pserta didiknya: tatapan mata perhatian
dan suportif. Guru yang sungguh memerankan “caring” akan lebih sering
memberikan peneguhan dan dorongan semangat. Karakteristik dari “caring” ini
banyak bentuknya, seperti: kesabaran, kepercayaan, kejujuran dan keberanian;
juga mendengarkan dengan empatik, memahami, mengenal masing-masing peserta
didik secara individu, hangat dan penyemangat; dan di atas semuanya itu, cinta
pada pribadi peserta didik.
Ø Mendengarkan (Listening)
Guru
yang efektif mampu mendengarkan penuh empatik, tidak hanya mendengarkan apa
yang terjadi di dalam kelas, tetapi terlebih tentang kehidupan peserta didiknya
secara umum. Sikap dan tindakan berarti menghargai tiap hal yang diungkapkan
oleh sang peserta didik. Para pserta didik butuh perhatian dan pendampingan,
dan mereka amat menghargai guru yang baik dan suka menyemangati. Dalam tindakan
seperti itulah tampak bahwa guru itu sungguh care atau tidak terhadap peserta
didiknya.
Ø Memahami (Understanding)
Peserta
didik sangat menghormati guru yang memahami apa yang menjadi masalah dan
pertanyaan mereka. Hasil wawancara dengan pserta didik secara konsisten
menampakkan bahwa para siswa ini menginginkan guru yang dapat mendengarkan
keluh kesah, pemikiran, dan masalah mereka serta dapat membantu mereka mencari
jalan keluar darinya. Para siswa merindukan sosok guru yang mengembangkan sikap
saling menghargai antar guru-siswa, merindukan sosok yang berbagi tentang hidup
pribadi dan pengalamannya. Guru yang siap sedia untuk siswa juga mendapatkan
nilai penghargaan yang tinggi. Peserta didik ingin melihat guru sebagai pribadi
yang autentik dengan perhatian dan empati yang tulus terhadap anak didiknya.
Ø Mengenal Murid (Knowing Students)
Guru
yang efektif dan care mengenal sungguh muridnya secara formal maupun informal.
Dia menggunakan kesempatan untuk terus menjaga komunikasi yang terbuka dengan
anak didik. Dia tahu siswanya secara individual, tidak hanya mengerti
masing-masing gaya belajar dan kebutuhanakademiknya, tetapi juga mengenal
mereka secara personal, apa yang mereka suka atau tidak suka, situasi dirinya
yang bisa jadi mempengaruhi perilaku dan penampilannya di sekolah. Guru yang
efektif mengenal mereka pertama-tama sebagai person, baru kemudian sebagai
siswa.
2.
Menghargai
dan Memperlakukan Secara Sama Masing-Masing Pribadi
Guru yang efektif mengerti sungguh bagaimana menjaga kredibilitas
dirinya. la akan berusaha untuk menekankan nilai-nilai penghargaan dan
perlakuan yang sama kepada tiap-tiap pribadi muridnya. Selain itu, la pun
menjadi model dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut. Murid sangat menghormati
guru yang memperlakukan mereka secara adil, tidak pilih kasih. Dan kalaupun ada
anak yang bertindak keliru, akan lebih dihargai oleh siswa jika guru tidak
menasihatinya di depan seluruh kelas atau di depan teman-temannya, melainkan ia
berbicara berdua dari hati ke hati, lalu mengatakan apa yang keliru serta
memberikan masukan untuk tindakan yang benar dan baik. Siswa sangat menghargai
guru yang tidak membeda-bedakan mereka berdasarkan ras, latar belakang budaya,
dan gender.
3.
Interaksi
Sosial dengan Murid
Interaksi sosial dengan siswa adalah kesempatan baik bagi guru
untuk mengembangkan perhatian, perlakuan yang adil, dan rasa hormat pada anak
didiknya. Kemampuan seorang guru untuk melakukan interaksi positif dan hubungan
yang saling menghargai, sungguh memainkan peranan yang kuat dalam menumbuhkan
suasana pembelajaran yang positif dan meningkatkan keberhasilan siswa.
Kehadiran guru dalam kegiatan olah-raga, konser musik, atau acara-acara yang
melibatkan partisipasi siswa, amatlah berharga bagi anak didik. Interaksi
sosial yang konstruktif antara guru dan siswa tidak hanya memberi sumbangan
positif terhadap proses pembelajaran dan pencapaian belajar murid, tetapi juga
meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri siswa dengan cara menumbuhkan
dalam diri mereka rasa memilki kelas dan sekolah (sense of belonging). Dan
melalui interaksi sosial seperti ini, guru dengan lebih mudah memberikan
tantangan yang realistis kepada masing-masing siswa untuk meraih sukses.
4.
Mendorong
Antusiasme dan Motivasi untuk Belajar
Guru dapat dengan lebih efektif memotivasi murid dengan cara
mendorong mereka untuk secara pribadi bertanggung jawab atas cara belajar, cara
mengatur suasana kelas, menetapkan standar yang cukup tinggi, melontarkan
tantangan-tantangan, serta memberikan penguatan dan semangat dalam mengerjakan
tugas-tugas. Siswa akan melihat sosok guru yang efektif seperti ini sebagai
sosok pemimpin yang memotivasi. Meskipun sadar bahwa ada beberapa murid mungkin
lebih suka duduk tenang, guru yang efektif tidak berhenti untuk terus
memberikan motivasi dan melibatkan anak itu.[9]
Karena seorang guru yang sadar bahwa tiap-tiap siswa punya level
motivasi yang berbeda-beda, guru haruslah dapat secara kreatif menemukan
strategi yang cocok untuk masing-masing. Ia tahu bagaimana memberikan dukungan
kepada siswa yang sudah memiliki motivasi intrinsic, sekaligus ia terus mencari
jalan bagaimana memberikan motivasi ekstrinsik bagi siswa yang membutuhkannya.
Salah satu upaya untuk mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan mengetahui kepribadian dan
karakter anak. Untuk membangun dua hal tersebut tentu tidak dapat tumbuh dengan
sendirinya. Anak memerlukan lingkungan yang baik sehingga potensi anak dapat
tumbuh optimal.
Setiap siswa memiliki kepribadian
dan karakter berbeda-beda. Setiap jenis karakterpun pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Kita tidak dapat menilai siswa A lebih baik
daripada siswa B. lebih bijaksanalah dalam menilai siswa, karena dari dua
individu itu pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Karakteristik Siswa merupakan salah
satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai
aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa
bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan
kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan
amat berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan
dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi
pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.[10]
Oleh karenanya, pemaham mengenai
pribadi siswa sangat dibutuhkan oleh setiap pengajar. Banyak manfaat yang dapat
dipetik bila seorang guru mampu mengenal kepribadian dan karakter siswanya
dengan baik. Beberapa manfaat tersebut adalah:
1.
Mengetahui
kelebihan yang mereka miliki dan dapat meningkatkannya.
2.
Mendeteksi
kelemahan yang mereka miliki dan memperbaikinya.
3.
Mengetahui
potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan mengoptimalkannya untuk
kesuksesan di masa yang akan datang.
4.
Menyadarkan
mereka bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan sehingga pantang untuk
bersikap sombong dan merendahkan orang lain.
5.
Dapat
mengetahui jenis pekerjaan yang paling cocok untuk mereka di masa yang akan
datang sesuai dengan kepribadian dan karakter mereka sehingga kita dapat
mengarahkannya menjadi lebih baik.
6.
Mengenal
diri sendiri dapat membantu anak didik untuk berkompromi dengan diri sendiri
dan orang lain dalam berbagai situasi.
7.
Mengenal
kepribadian (personality) diri dapat membantu mereka menerima dengan ikhlas
segala kelebihan dan kekurangan diri sendiri, sekaligus bertoleransi terhadap
kelebihan dan kelemahan orang lain.
8.
Dengan
memahami dan mengetahui kepribadian siswanya maka proses belajar mengajar dapat
lebih dioptimalkan.
Selain itu, pemahaman terhadap
pribadi siswa juga dapat dipelajari dengan mengetahui golongan atau tipe-tipe
kepribadian dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya yaitu:
1.
Tipe
Sanguin
Seseorang yang memiliki tipe ini
memiliki ciri-ciri antara lain: memiliki banyak kekuatan, bersemangat,
mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan
tetapi tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain: cenderung impulsif, bertindak
sesuai emosinya atau keinginannya. Orang ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan
tangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri
lemah. Oleh karena itu, kelompok ini perlu ditingkatkan secara terus menerus perkembangan
moral kognitifnya melalui tingkat pertimbangan moralnya sehingga dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain mereka lebih menggunakan
pikirannya daripada menggunakan perasaan atau emosinya. Peningkatan moral
kognitif akan menjadikan pikiran mereka lebih tajam dan lebih kritis dalam
menghadapi persoalan yang berkaitan dengan orang lain.
2.
Tipe
Flegmatik
Seseorang yang memasuki tipe ini
memiliki ciri antara lain: cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak,
misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik turun emosinya
tidak terlihat secara jelas. Orang tipe ini cenderung dapat menguasai dirinya
dengan cukup baik dan lebih introspeltif, memikirkan ke dalam, dan mampu
melihat, menatap, dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi disekitarnya.
Mereka seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan pengkritik yang
berbobot. Tipe ini memiliki kelemahan kurang mau berkorban demi orang lain dan
cenderung egois. Oleh karena itu, mereka perlu mendapatkan bimbingan yang
mengarahkan pada meningkatnya pertimbangan moralnya.
3.
Tipe
Melankolis
Seseorang yang termasuk tipe ini
memiliki ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau
paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat dan
sensitif. Orang yang memiliki kelemahan antara lain, sangat mudah dikuasai oleh
perasan dan cenderung perasaan yang mendasari adalah perasaan yang murung. Oleh
karena itu, orang yang bertipe ini tidak mudah untuk teranhkat, senang, atau
tertawa terbahak-bahak
4.
Tipe
Korelik
Seseorang yang memiliki tipe ini
memiliki ciri antara lain: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas,
mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan
setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Orang yang bertipe ini
memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain,
kurang mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang menderita, dan
perasaannya kurang bermain. Kelompok ini perlu ditingkankan kepekaan sosialnya
melalui pengembangan emosional yang seimbang dengan moral kognitifnya sehingga
menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain.
5.
Tipe
Asertif
Seseorang yang termasuk tipe ini
mempunyai ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, ide dan gagasannya
secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti
perasaan orang lain. Perilaku mereka adalah berjuang mempertahankan hak
sendiri, tetapi tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain;
melibatkan perasaan dan kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi
dengan mereka; mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara
yang terbuka, langsung, jujur, dan tepat. Dikarenakan tipe asertif ini adalah
tipe yang ideal maka tidak banyak ditemukan orang mengenai kelemahannya. Oleh
karena itu, peningkatan pertimbangan moral kognitif anak didik secara sadar dan
terencana diniatkan untuk mencapai model kepribadian tipe asertif ini.[11]
Selain itu, untuk memahami
kepribadian siswa, guru harus mengenal murid-muridnya dengan maksud agar guru
dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Adalah penting
sekali mengenal dan memahami murid denagn seksama agar guru dapat menentukan
dengan saksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar
yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
Kesulitan belajar yang dialami oleh
murid, membantu murid-murid mengatasi masalah-masalah pribadi dan sosial
mengatur disiplin kelas denagn baik, melayani perbedaan-perbedaan individual
murid, memberikan bimnbingan, menilai hasil belajar dan kemajuan belajar murid
dan kegiatan guru yang lainnya yang bertalian denagn individu murid.[12]
Dalam
proses atau kegiatan mengajar belajar guru ikut bertangung jawab dalam masalah
penguasaan bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa karena dapat atau
tidaknya suatu pelajaran yang diberikan itu dikuasai atau tidak itu sepenuhnya
tanggung jawab siswa itu sendiri namun guru bertanggung jawab dalam
mengarahkan, membimbing siswa sesuai dengan minat dan kemampuan dalam belajar,
jadi seorang guru harus memahami perbedaan dan akrakteristik peserta didik.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan guru sebagai pendidik memegang peran sebagai
pembimbing siswa dalam belajar maka seorang guru sebelum mengajar sebaiknya melihat sejauhmana perbedaan siswa
dalam belajar dengan jalan berikut :[13]
- Mengumpulakn data tentang siswa
- Mengamati tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari
- Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
- Membuat catatan kepribadian siswa serta menyiapkannya dengan baik.
Peranan
guru dalam membimbing dalam belajar mengajar harus mengetahui perbedaan siswa
dalam belajar, namun setelah mengetahui perbedaan kemampuan
(Intelektual/cognitive) siswa bukan dengan cara membedakannya tetapi perlu
diperlu diberiakn bimbingan secara kontinu sehingga siswa yang lemah dapat
menyamai teman-temannya yang memiliki IQ lebih tinggi .
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMAHAMAN SISWA
Tingkah laku individu merupakan
perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan
ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu
mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat
membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas
kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran.
Di samping itu, dengan mengenal
kebutuhan-kebutuhan siswa , guru dapat memberikan pelajaran setepat mungkin,
sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi
komponen pendidikan adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan
Tujuan adalah
pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Sedikit banyaknya Perumusan juga tujuan akan mempengaruhi kegiatan
pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus akan mempengaruhi kegiatan
belajar anak didik.
2.
Guru
Guru adalah
tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesionalnya.
Dalam satu kelas anak didik satu berbeda dengan yang lainnya nantinya akan
mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian ini
seseorang guru dituntut untuk memberikan suatu pendekatan belajar yang sesuai
dengan keadaan anak didik sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Marie F. Hasset mengemukakan bahwa ketika berbicara tentang
kualitas guru, fokusnya dengan masalah-masalah teknik, konten, dan
presentasi.tapi banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan
yang luat biasa, namun sebagian gagal berkomunikasi secara baik dengan siswanya.[14]
3.
Anak
didik
Anak didik
adalah orang yang dengan sengaja datang kesekolah. Maksudnya adalah anak didik
disini tidak terbatas oleh usia muda, usia tua atau telah lanjut usia. Anak
didik yang berkumpul di sekolah mempunyai bermacam-macam karakteristik
kepribadian, sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang didapat juga
berbeda-beda dalam setiap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, karena itu
dikenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu tingkat maksimal, optimal, minimal
atau kurang untuk setia bahan dengan dikuasai anak didik. Dengan demikian dapat
diketahui, bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan
mengajar sekaligus hasil belajar yaitu pemahaman siswa.[15]
4.
Kegiatan
pengajaran
Kegiatan
pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran meliputi bagaimana guru
menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan
pendekatan-pendekatan, metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran.
Dimana hal-hal tersebut jika dipilih dan digunakan secara tepat, maka akan
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.
5.
Bahan
dan alat evaluasi
Bahan evaluasi
adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari siswa
dalam rangka ulangan (evaluasi). Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam
menyajikan bahan evaluasi diantaranya adalah : benar – salah (true – false),
pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), melengkapi
(completion) dan essay.
Penguasaan
secara penuh (pemahaman) siswa tergantung pula pada bahan evaluasi yang
diberikan guru kepada siswa. Hal ini berarti jika siswa telah mampu
mengerjakan/menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat dikatakan
paham terhadap materi yang diberikan waktu lalu.
6.
Suasana evaluasi (suasana belajar)
Keadaan kelas
yang tenang, aman, disiplin adalah juga mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman
siswa pada materi (soal) ujian yang berlangsung, karena dengan pemahaman materi
(soal) ujian yang berlangsung, karena dengan pemahaman materi (soal) ujian
berarti pula mempengaruhi terhadap jawaban yang diberikan siswa, jadi tingkat
pemahaman siswa tinggi, maka keberhasilan proses belajar mengajarpun akan
tercapai.[16]
Tentunya masih banyak
faktor/unsur-unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar/pemahaman anak
didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkannya antara lain sebagai berikut :
a.
Faktor
internal
·
Faktor
jasmaniah (fisiologi) meliputi ; keadaan panca indra yang sehat tidak mengalami
cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang tidak sempurna.
·
Faktor
psikologis meliputi keintelektualan (kecerdasan), minat bakat, dan potensi
prestasi yang dimiliki.
b.
Faktor
eksternal
·
Faktor
sosial, meliputi : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
kelompok, lingkungan masyarakat.
·
Faktor
budaya, meliputi ; adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
·
Faktor
lingkungan fisik, meliputi ; fasilitas rumah, fasilitas sekolah dalam lingkup
pembelajaran.
·
Faktor
lingkungan spiritual (keagamaan).
Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan
sikap, kelebihan dan kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal di atas, faktor internal yang turut mempengaruhi pemahaman diri siswa
ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang terbuka
berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang
tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Sedangkan faktor
eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan
keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
Berkaitan dengan indra dan persepsi,
Islam memberikan perhatian yang sangat serius. Sebab, melalui indra dan
perspesi itulah kita mendapatkan informasi apapun tentang reslitas sosial.
Melalui keduanya pun kita bisa mendapatkan informasi yang bermanfaat dan juga
yang berbahaya sekalipun (Q.S Al-Ahzab [33]: 32). Padahal jika suatu informasi
sudah masuk ke dalam diri kita, maka informasi tersebut tidak akan pernah
hilang, dan saar ataupun tidak, informasi tersebut kemudian akan berpengaruh
pada pikiran, perasaan, motivasi, kepribadian ataupun perilaku kita. Jika
informasi itu berhasil mempengaruhi pikiran dan perasaan kita, maka bukan tidak
mungkin ia justru akan berbahaya dan mengendalikan diri kita.
Islam menganjurkan kita untuk
mengendalikan indra sehingga tidak sembarang informasi bisa masuk pada diri
kita. Kita pun dianjurkan untuk tidak terlalu percaya dengan evaluasi subjektif
dari indra dan persepsi kita (Q.S Al-Munafikun [65]: 4).
Selain melalui teori-teori diatas,
yaitu indra dan persepsi, pemahaman pun dapat tercipta melalui komunikasi
nonverbal. Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal diantaranya yaitu:
a.
Ekspresi
Wajah
Ekspresi wajah
merupakan salah satu petunjuk penting dari emosi dan perasaan seseorang.
Melalui wajah, kita bisa mengetahui banyak hal mengenai keadaan internal dari
seseorang. Cicero mengatakan bahwa “wajah itu baying-bayang dari jiwa”.
Artinya, apapun yang terjadi dalam diri seseorangakan tampak dan bisa dibaca
dari wajahnya. Allah Swt. menyebutkan bahwa melalui wajah bisa dilihat
tanda-tanda orang yang sedang sennag (QS Al-Muthafifin [83]: 24), marah (QS
An-Nahl [16]: 58), sedih (QS Az-ukhruf [43]: 17), gundah atau cemas (QS
Al-Israa’ [17]: 7), tidak setuju atau
menolak (QS Al-Hajj [22]: 72)
b.
Parabahasa
Ketika kita
berbicara dengan orang lain, yang kita dengar bukan hanya untaian kata saja,
kitapun mendengar variasi suara (parabahasa) dalam bentuk intonasi, tekanan,
kecepatan berbicara, jeda, volume suara, dan lain-lain. Variasi suara menjadi
penting karena berkait dengan keadaan internal seseorang. Melalui variasi
suara, kita bisa memaahami pesan apa yang yang sbenarnya ingin disampaikan dan
bagaimana latar belakang emosi yang menyertainya. Missal, orang yang berbohong
sebagiannya dapat diketahui dari intonasi suaranya yang meninggi, tidak lancer,
banyak jeda, atau banyak koreksi. Allah Swt. menyarankan kepada kita untuk
bersuara lembut karena hal tersebut berpengaruh pada penerimaan dari orang
lain. (QS Thahaa [20]: 44).
4.
Kontak
Mata
mata adalah
jendela dari jiwa. Artinya, apa yang terjadi pada diri seseorang sebagiaanya
bisa terlihat dari matanya (QS Al-Mu’min [40]:19; Muhammad [47]: 20). Maka,
memahami informasi apa yang disampaikan oleh mata menjadi penting untuk
memahami keadaan internal seseorang.
Mata berfungsi
untuk melihat sesuatu. Dengan mata, kita bisa mengetahui sesuatu atau
menghindarkan diri dari mengetahui sesuatu. Secara umum, kita akan membuka mata
lebar-lebar jika tertarik atau bahagia. Sebaliknya, kita akan menutup mata
serapat-rapatnya jika tidak tertarik atau tidak senang.
Faktanya,
variasi mata sangat beragam. Orang akan menghindari kontak mata langsung jika
merasa bersalah atau berbohong (QS Al-Qalam [68]: 43); menaikkan mata jika
merasa jengkel, menatap tajam jika mengancam, menatap lama jika suka,
menggerakan mata dari bawah ke atas jika tertarik secara seksual, mengecilkan
mata jika marah, atau mengedip-ngedipkan mata jika menggoda.
5.
Ruang
Personal
Secara umum,
ruang personal bisa menunjukan kedekatan, keintiman, dan ketertarikan antara
satu orang dengan lainnya. Dr. Edward T. Hall, seorang profesor dalam bidang
antropologi, membagi ruang personal ke dalam empat kategori.
a.
Jarak
intim (intimate distance). Jaraknya antara 0-18 inci. Dua orang yang sedang
bercintaatau ibu yang sedang menyusui bayinya termasuk pada kategori ini.
b.
Jarak
personal (personal distance). Jaraknya antara 18 inci-4 kaki. Ketika ngobrol
dengan teman biasanya berada pada jarak ini.
c.
Jarak
sosial (social distance). Jaraknya antara 4-7 kaki. Hubungan untuk keperluan
bisnis biasanya berada pada jarak ini.
d.
Jarak
publik (public distance). Jaraknya antara 12-25 kaki. Jarak antara seorang
penceramah dengan audiens atau guru dengan muridnya ketika mengajar termasuk
pada kategori jarak publik.
6.
Gesture
Gesture adalah
gerakan-gerakan ekspresif dari bagian-bagian tubuh, seperti tangan, badan,
mata, kepala atau pun kaki.[17]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemahaman pribadi siswa sangat dibutuhkan dalam proses belajar.
Dengan memahami isi dari proses pembelajaran diharapkan akan tercapai tujuan
dari pembelajaran tersebut. Adapun cara untuk meningkatkan pemahamn pribadi
siswa diantaranya yaitu dengan melaksanakan proses pembelajaran dengan cara
yang kreatif, aktif, motivatif dan inovatif. Oleh karenanya, guru sangat
mempunyai peran penting dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan
pemahaman pribadi siswa dalam belajar.
Adapun faktor yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa,
diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: jasmani
dan psikologis dari siwa sendiri, sedangkan faktor eksternal meliputi: sosial,
budaya, spiritual dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Agus. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada.
Arikuto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Chairilsyah, Daviq. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia
Dini. Pdf. Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 09.10 WIB.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Rosdakarya.
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Hartono dkk. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan. Pekanbaru: Zanafa Publishing.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pribadi Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 20.30 WIB.
http://www.dosenpendidikan.com/13-pengertian-siswa-menurut-para-ahli-terlegkap/ Dikutip pada tanggal 14 September 2018 pukul 11.46 WIB.
Malik, oemar. 2013. Proses belajar mengajar. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Rosmalina Wahab. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sjarkawi. 2014. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sudarwan Danim & Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan (Dalam
Perspektif Baru). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.html?m=1 Dikutip pada tanggal 11
September 2018 pukul 09.21 WIB.
.
[1] www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.html?m=1
diunduh pada tanggal 11 September 2018
pukul 09.21 WIB.
[2]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Halaman. 811.
[3]
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman. 77.
[4]
Hartono dkk. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan. Pekanbaru: Zanafa Publishing. Halaman. 13.
[5] https://id.m.wikipedia.org/wiki/pribadi
Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 20.30 WIB
[6]
Sjarkawi. 2014. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara. Halaman.
17
[7] http://www.dosenpendidikan.com/13-pengertian-siswa-menurut-para-ahli-terlegkap/
diunduh pada tanggal 14 September 2018 pukul 11.46 WIB
[8]
Chairilsyah, Daviq. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini. Pdf.
Halaman. 3 Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 09.10 WIB
[9]
Sukmadinata, N.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya. Halaman. 56.
[10]
Hamzah. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Halaman 58.
[11]
Sjarkawi. 2014. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Halaman. 11
[12]
Malik, oemar. 2013. Proses belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Halaman. 99.
[13]
Rosmalina Wahab. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Halaman. 69
[14]
Sudarwan Danim & Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif
Baru). Bandung: Alfabeta. Halaman. 248
[15]
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Rosdakarya. Halaman. 67
[16]
Arikuto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Halaman. 94.
[17]
Abdul Rahman, Agus. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta:PT. RajaGrafindo
Persada. Halaman. 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar