Jumat, 26 April 2019

Pemahaman Pribadi Siswa


MAKALAH
PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Psikologi Belajar

DosenPengampu :
Siti Maryam Munjiat S.S. M.Pd.I



Disusun Oleh  :

1.      Insan Kamiludin           ( 1608101012)
2.      Sintiya Rahayu             (1608101013)
3.      Siti Nur Azizah              (1608101016)


Jurusan/Kelas/Semester : PAI/A/ V

TAHUN AJARAN 2018/2019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan murid dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. [1] Oleh karena itu peran guru sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan pendidikan atau hasil dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sebagaimana yang tertulis dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu pemahaman sangat dibutuhkan, agar tercapainya tujuan dari kegiatan pembelajaran. Selain siswa harus belajar untuk mendapatkan pemahaman yang baik, gurupun harus demiikian.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut yaitu guru harus memahami bagaimana karakteristik dan latar belakang dari masing-masing siswa yang dibimbingnya. Selain itu, pemahaman terhadap pribadi siswa sangat penting dimiliki oleh seorang guru agar bisa diterima oleh siswa yang diajarnya. Penjelasan lebih jauhnya akan kami sajikan dalam makalah yang berjudul pemahaman pribadi siswa ini.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan pemahaman pribadi siswa?
2.      Bagaimana cara meningkatkan pemahaman pribadi siswa?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui pengertian kepribadian siswa.
2.      Mengetahui cara meningkatkan pemahaman pribadi siswa.
3.      Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa.





























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemahaman Pribadi Siswa
Menurut Kamus Besar Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.[2]. Pemahaman atau comprehension, adalah suatu kemampuan yang umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar.  Oleh karena itu, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.
Benyamin S. Bloom pemahaman adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.[3] Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman termasuk dalam salah satu bagian dari aspek kognitif, karena pemahaman merupakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Mulyasa menyimpulkan bahwa pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas dan pengarahan diri. Dalam hal ini, peserta didik akan lebih mudah untuk memahami pelajaran jika :
a.       Dikembangkannya rasa percaya diri dalam diri peserta didik, sehingga peserta didik tersebut akan lebih mudah untuk memahami pelajaran yang diberikan.
b.      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi secara bebas dan terarah.
c.       Melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan sehingga pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran dapat tercapai.[4]
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pemahaman disini dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk dapat memahami atau menguasai suatu bahan materi ajar dalam suatu pembelajaran. Pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga menginginkan siswa yang belajar dapat memanfaatkan atau mengaplikasikan apa yang telah dipahaminya. Apabila siswa tersebut memahami apa yang telah dipelajarinya, maka siswa tersebut akan siap untuk menjawab pertanyaan yang diberikan pada saat belajar. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Berkaitan dengan hal ini J. Murshell mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat operasional adalah:
1.      Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan
Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama, yakni pemahaman diartikan mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu dikumpulkan.
2.      Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta
Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua, yakni pemahaman tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
3.      Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu secara produktif
Dalam hal ini pemahaman diartikan jika seseorang tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat dan dapat digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat dilihat pada waktu proses belajar mengajar. Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang lainnya, kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki saran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau  pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual, menurut taksonomi (penggolongan) ranah kognitif ada enam tingkat, yaitu:
a.       Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari.
b.      Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya berupa kemampuan memantau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
c.       Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi yang kongkret dan situasi baru.
d.      Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke dalam struktur yang baru.
e.       Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.
f.       Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan perseprual, keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif interpretatif.
Salah satu faktor yang sering dianggap menurun motivasi siswa untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi tersebut. Materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa yang membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, terlalu banyak materi untuk waktu yang terbatas dan sebagainya.akan tetapi lebih utama dari materi pelajaran adalah guru.
Sedangkan pribadi merupakan istilah abstrak untuk mendefinisikan suatu makhluk, misalnya seorang manusia, yang memiliki kapasitas atau ciri tertentu yang memiliki kepribadian.[5]
Kepribadian adalah sebuah kata yang menandakan sebuah ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri. Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika unsur-unsur kepribadian ini menyatakan diri dalam kombinasi yang berulang-ulang secara khas dan dinamis maka hal demikian dikenal dengan nama gaya kepribadian.
Kepribadian adalah khas bagi setiap pribadi, sedangkan gaya kepribadian bisa dimiliki oleh orang lain yang juga menunjukkan kombinasi yang berulang-ulang secara khas dan dinamis dari ciri pembawaan dan pola kelakuan yang sama. Gregory membagi tipe gaya kepribadian ke dlaam 12 tipe, yaitu: kepribadian yang mudah menyesuaikan diri, kepribadian yang berambisi, kepribadian yang memengaruhi, kepribadian yang berprestasi, kepribadian yang idealistis, kepribadian yang sabar, kepribadian yang mendahului, kepribadian yang perseptif, kepribadian yang peka, kepribadian yang berketetapan, kepribadian yang ulet, dan kepribadian yang berhati-hati.[6]
Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, ia berpendapat bahwa siswa merupakan oranag yang dating ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan, selanjutnya orang ini disebut pelajar  atau orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapapun usianya, dari manapun, dengan biaya apapun untuk meningkatkan pengetahuan dan moral pelaku belajar. [7] Siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya. pada dasarnya, ia adalah konsep penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.
Beberapa ahli lainnya pun telah mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kepribadian. Diantara beberapa ahli tersebut antara lain:
a.       George Kelly mengemukakan bahwa kepribadian adalah cara unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
b.      Gordon Allport mengemukakan bahwa kepribadian suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.
c.       Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan super ego, sedangkan tingkah laku lain merupakan konflik dan rekonsiliasi dari ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut.
d.      Menurut Browner kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap seseorang. Perilaku ada yang bersifat tampak dan ada pula yang tidak tampak.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas kepribadian yaitu cara unik setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya berdasarkan kognitif, emosional, dorongan dan kebutuhan sosialnya  yang diwujudkan dalam benuk pola-pola perilaku yang tampak maupun tidak tampak.[8]

B.     CARA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
Meningkatkan pemahaman pribadi siswa dapat dilakukan oleh guru yang memiliki ciri-ciri:
1.      Memperhatikan Pribadi Murid
Guru yang efektif dan profesional amat care (perhatian) pada pribadi para peserta didiknya dan menampakkan hal itu sehingga para peserta didik merasakannya. Perhatian personal seperti ini paling dapat dirasakan dari tatapan mata di antara guru dengan para pserta didiknya: tatapan mata perhatian dan suportif. Guru yang sungguh memerankan “caring” akan lebih sering memberikan peneguhan dan dorongan semangat. Karakteristik dari “caring” ini banyak bentuknya, seperti: kesabaran, kepercayaan, kejujuran dan keberanian; juga mendengarkan dengan empatik, memahami, mengenal masing-masing peserta didik secara individu, hangat dan penyemangat; dan di atas semuanya itu, cinta pada pribadi peserta didik.
Ø  Mendengarkan (Listening)
Guru yang efektif mampu mendengarkan penuh empatik, tidak hanya mendengarkan apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi terlebih tentang kehidupan peserta didiknya secara umum. Sikap dan tindakan berarti menghargai tiap hal yang diungkapkan oleh sang peserta didik. Para pserta didik butuh perhatian dan pendampingan, dan mereka amat menghargai guru yang baik dan suka menyemangati. Dalam tindakan seperti itulah tampak bahwa guru itu sungguh care atau tidak terhadap peserta didiknya.
Ø  Memahami (Understanding)
Peserta didik sangat menghormati guru yang memahami apa yang menjadi masalah dan pertanyaan mereka. Hasil wawancara dengan pserta didik secara konsisten menampakkan bahwa para siswa ini menginginkan guru yang dapat mendengarkan keluh kesah, pemikiran, dan masalah mereka serta dapat membantu mereka mencari jalan keluar darinya. Para siswa merindukan sosok guru yang mengembangkan sikap saling menghargai antar guru-siswa, merindukan sosok yang berbagi tentang hidup pribadi dan pengalamannya. Guru yang siap sedia untuk siswa juga mendapatkan nilai penghargaan yang tinggi. Peserta didik ingin melihat guru sebagai pribadi yang autentik dengan perhatian dan empati yang tulus terhadap anak didiknya.
Ø  Mengenal Murid (Knowing Students)
Guru yang efektif dan care mengenal sungguh muridnya secara formal maupun informal. Dia menggunakan kesempatan untuk terus menjaga komunikasi yang terbuka dengan anak didik. Dia tahu siswanya secara individual, tidak hanya mengerti masing-masing gaya belajar dan kebutuhanakademiknya, tetapi juga mengenal mereka secara personal, apa yang mereka suka atau tidak suka, situasi dirinya yang bisa jadi mempengaruhi perilaku dan penampilannya di sekolah. Guru yang efektif mengenal mereka pertama-tama sebagai person, baru kemudian sebagai siswa.
2.      Menghargai dan Memperlakukan Secara Sama Masing-Masing Pribadi
Guru yang efektif mengerti sungguh bagaimana menjaga kredibilitas dirinya. la akan berusaha untuk menekankan nilai-nilai penghargaan dan perlakuan yang sama kepada tiap-tiap pribadi muridnya. Selain itu, la pun menjadi model dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut. Murid sangat menghormati guru yang memperlakukan mereka secara adil, tidak pilih kasih. Dan kalaupun ada anak yang bertindak keliru, akan lebih dihargai oleh siswa jika guru tidak menasihatinya di depan seluruh kelas atau di depan teman-temannya, melainkan ia berbicara berdua dari hati ke hati, lalu mengatakan apa yang keliru serta memberikan masukan untuk tindakan yang benar dan baik. Siswa sangat menghargai guru yang tidak membeda-bedakan mereka berdasarkan ras, latar belakang budaya, dan gender.
3.      Interaksi Sosial dengan Murid
Interaksi sosial dengan siswa adalah kesempatan baik bagi guru untuk mengembangkan perhatian, perlakuan yang adil, dan rasa hormat pada anak didiknya. Kemampuan seorang guru untuk melakukan interaksi positif dan hubungan yang saling menghargai, sungguh memainkan peranan yang kuat dalam menumbuhkan suasana pembelajaran yang positif dan meningkatkan keberhasilan siswa. Kehadiran guru dalam kegiatan olah-raga, konser musik, atau acara-acara yang melibatkan partisipasi siswa, amatlah berharga bagi anak didik. Interaksi sosial yang konstruktif antara guru dan siswa tidak hanya memberi sumbangan positif terhadap proses pembelajaran dan pencapaian belajar murid, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri siswa dengan cara menumbuhkan dalam diri mereka rasa memilki kelas dan sekolah (sense of belonging). Dan melalui interaksi sosial seperti ini, guru dengan lebih mudah memberikan tantangan yang realistis kepada masing-masing siswa untuk meraih sukses.
4.      Mendorong Antusiasme dan Motivasi untuk Belajar
Guru dapat dengan lebih efektif memotivasi murid dengan cara mendorong mereka untuk secara pribadi bertanggung jawab atas cara belajar, cara mengatur suasana kelas, menetapkan standar yang cukup tinggi, melontarkan tantangan-tantangan, serta memberikan penguatan dan semangat dalam mengerjakan tugas-tugas. Siswa akan melihat sosok guru yang efektif seperti ini sebagai sosok pemimpin yang memotivasi. Meskipun sadar bahwa ada beberapa murid mungkin lebih suka duduk tenang, guru yang efektif tidak berhenti untuk terus memberikan motivasi dan melibatkan anak itu.[9]
Karena seorang guru yang sadar bahwa tiap-tiap siswa punya level motivasi yang berbeda-beda, guru haruslah dapat secara kreatif menemukan strategi yang cocok untuk masing-masing. Ia tahu bagaimana memberikan dukungan kepada siswa yang sudah memiliki motivasi intrinsic, sekaligus ia terus mencari jalan bagaimana memberikan motivasi ekstrinsik bagi siswa yang membutuhkannya.
Salah satu upaya untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan mengetahui kepribadian dan karakter anak. Untuk membangun dua hal tersebut tentu tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Anak memerlukan lingkungan yang baik sehingga potensi anak dapat tumbuh optimal.
Setiap siswa memiliki kepribadian dan karakter berbeda-beda. Setiap jenis karakterpun pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita tidak dapat menilai siswa A lebih baik daripada siswa B. lebih bijaksanalah dalam menilai siswa, karena dari dua individu itu pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Karakteristik Siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.[10]
Oleh karenanya, pemaham mengenai pribadi siswa sangat dibutuhkan oleh setiap pengajar. Banyak manfaat yang dapat dipetik bila seorang guru mampu mengenal kepribadian dan karakter siswanya dengan baik. Beberapa manfaat tersebut adalah:
1.      Mengetahui kelebihan yang mereka miliki dan dapat meningkatkannya.
2.      Mendeteksi kelemahan yang mereka miliki dan memperbaikinya.
3.      Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan mengoptimalkannya untuk kesuksesan di masa yang akan datang.
4.      Menyadarkan mereka bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan sehingga pantang untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain.
5.      Dapat mengetahui jenis pekerjaan yang paling cocok untuk mereka di masa yang akan datang sesuai dengan kepribadian dan karakter mereka sehingga kita dapat mengarahkannya menjadi lebih baik.
6.      Mengenal diri sendiri dapat membantu anak didik untuk berkompromi dengan diri sendiri dan orang lain dalam berbagai situasi.
7.      Mengenal kepribadian (personality) diri dapat membantu mereka menerima dengan ikhlas segala kelebihan dan kekurangan diri sendiri, sekaligus bertoleransi terhadap kelebihan dan kelemahan orang lain.
8.      Dengan memahami dan mengetahui kepribadian siswanya maka proses belajar mengajar dapat lebih dioptimalkan.
Selain itu, pemahaman terhadap pribadi siswa juga dapat dipelajari dengan mengetahui golongan atau tipe-tipe kepribadian dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya yaitu:
1.      Tipe Sanguin
Seseorang yang memiliki tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: memiliki banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Orang ini sangat  mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan tangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah. Oleh karena itu, kelompok ini perlu ditingkatkan secara terus menerus perkembangan moral kognitifnya melalui tingkat pertimbangan moralnya sehingga dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain mereka lebih menggunakan pikirannya daripada menggunakan perasaan atau emosinya. Peningkatan moral kognitif akan menjadikan pikiran mereka lebih tajam dan lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang berkaitan dengan orang lain.
2.      Tipe Flegmatik
Seseorang yang memasuki tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik turun emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang tipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan lebih introspeltif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap, dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi disekitarnya. Mereka seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan pengkritik yang berbobot. Tipe ini memiliki kelemahan kurang mau berkorban demi orang lain dan cenderung egois. Oleh karena itu, mereka perlu mendapatkan bimbingan yang mengarahkan pada meningkatnya pertimbangan moralnya.
3.      Tipe Melankolis
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat dan sensitif. Orang yang memiliki kelemahan antara lain, sangat mudah dikuasai oleh perasan dan cenderung perasaan yang mendasari adalah perasaan yang murung. Oleh karena itu, orang yang bertipe ini tidak mudah untuk teranhkat, senang, atau tertawa terbahak-bahak
4.      Tipe Korelik
Seseorang yang memiliki tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. Kelompok ini perlu ditingkankan kepekaan sosialnya melalui pengembangan emosional yang seimbang dengan moral kognitifnya sehingga menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain.
5.      Tipe Asertif
Seseorang yang termasuk tipe ini mempunyai ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, ide dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka adalah berjuang mempertahankan hak sendiri, tetapi tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain; melibatkan perasaan dan kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka; mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur, dan tepat. Dikarenakan tipe asertif ini adalah tipe yang ideal maka tidak banyak ditemukan orang mengenai kelemahannya. Oleh karena itu, peningkatan pertimbangan moral kognitif anak didik secara sadar dan terencana diniatkan untuk mencapai model kepribadian tipe asertif ini.[11]
Selain itu, untuk memahami kepribadian siswa, guru harus mengenal murid-muridnya dengan maksud agar guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Adalah penting sekali mengenal dan memahami murid denagn seksama agar guru dapat menentukan dengan saksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
Kesulitan belajar yang dialami oleh murid, membantu murid-murid mengatasi masalah-masalah pribadi dan sosial mengatur disiplin kelas denagn baik, melayani perbedaan-perbedaan individual murid, memberikan bimnbingan, menilai hasil belajar dan kemajuan belajar murid dan kegiatan guru yang lainnya yang bertalian denagn individu murid.[12]
Dalam proses atau kegiatan mengajar belajar guru ikut bertangung jawab dalam masalah penguasaan bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa karena dapat atau tidaknya suatu pelajaran yang diberikan itu dikuasai atau tidak itu sepenuhnya tanggung jawab siswa itu sendiri namun guru bertanggung jawab dalam mengarahkan, membimbing siswa sesuai dengan minat dan kemampuan dalam belajar, jadi seorang guru harus memahami perbedaan dan akrakteristik peserta didik.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru sebagai pendidik memegang peran sebagai pembimbing siswa dalam belajar maka seorang guru sebelum mengajar  sebaiknya melihat sejauhmana perbedaan siswa dalam belajar dengan jalan berikut :[13]
  1. Mengumpulakn data tentang siswa
  2. Mengamati tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari
  3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
  4. Membuat catatan kepribadian siswa serta menyiapkannya dengan baik.
Peranan guru dalam membimbing dalam belajar mengajar harus mengetahui perbedaan siswa dalam belajar, namun setelah mengetahui perbedaan kemampuan (Intelektual/cognitive) siswa bukan dengan cara membedakannya tetapi perlu diperlu diberiakn bimbingan secara kontinu sehingga siswa yang lemah dapat menyamai teman-temannya yang memiliki IQ lebih tinggi .

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN SISWA
Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran.
Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa , guru dapat memberikan pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi komponen pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Sedikit banyaknya Perumusan juga tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus akan mempengaruhi kegiatan belajar anak didik.
2.      Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesionalnya. Dalam satu kelas anak didik satu berbeda dengan yang lainnya nantinya akan mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian ini seseorang guru dituntut untuk memberikan suatu pendekatan belajar yang sesuai dengan keadaan anak didik sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Marie F. Hasset mengemukakan bahwa ketika berbicara tentang kualitas guru, fokusnya dengan masalah-masalah teknik, konten, dan presentasi.tapi banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan yang luat biasa, namun sebagian gagal berkomunikasi secara   baik dengan siswanya.[14]
3.      Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang kesekolah. Maksudnya adalah anak didik disini tidak terbatas oleh usia muda, usia tua atau telah lanjut usia. Anak didik yang berkumpul di sekolah mempunyai bermacam-macam karakteristik kepribadian, sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang didapat juga berbeda-beda dalam setiap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, karena itu dikenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu tingkat maksimal, optimal, minimal atau kurang untuk setia bahan dengan dikuasai anak didik. Dengan demikian dapat diketahui, bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan mengajar sekaligus hasil belajar yaitu pemahaman siswa.[15]
4.      Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran meliputi bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan pendekatan-pendekatan, metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal tersebut jika dipilih dan digunakan secara tepat, maka akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.
5.      Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari siswa dalam rangka ulangan (evaluasi). Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi diantaranya adalah : benar – salah (true – false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan essay.
Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa tergantung pula pada bahan evaluasi yang diberikan guru kepada siswa. Hal ini berarti jika siswa telah mampu mengerjakan/menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat dikatakan paham terhadap materi yang diberikan waktu lalu.
6.       Suasana evaluasi (suasana belajar)
Keadaan kelas yang tenang, aman, disiplin adalah juga mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi (soal) ujian yang berlangsung, karena dengan pemahaman materi (soal) ujian yang berlangsung, karena dengan pemahaman materi (soal) ujian berarti pula mempengaruhi terhadap jawaban yang diberikan siswa, jadi tingkat pemahaman siswa tinggi, maka keberhasilan proses belajar mengajarpun akan tercapai.[16]
Tentunya masih banyak faktor/unsur-unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar/pemahaman anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun faktor-faktor yang menyebabkannya antara lain sebagai berikut :
a.       Faktor internal
·         Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi ; keadaan panca indra yang sehat tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang tidak sempurna.
·         Faktor psikologis meliputi keintelektualan (kecerdasan), minat bakat, dan potensi prestasi yang dimiliki.
b.      Faktor eksternal
·         Faktor sosial, meliputi : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok, lingkungan masyarakat.
·         Faktor budaya, meliputi ; adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
·         Faktor lingkungan fisik, meliputi ; fasilitas rumah, fasilitas sekolah dalam lingkup pembelajaran.
·         Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).
Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal di atas, faktor internal yang turut mempengaruhi pemahaman diri siswa ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang terbuka berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Sedangkan faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
Berkaitan dengan indra dan persepsi, Islam memberikan perhatian yang sangat serius. Sebab, melalui indra dan perspesi itulah kita mendapatkan informasi apapun tentang reslitas sosial. Melalui keduanya pun kita bisa mendapatkan informasi yang bermanfaat dan juga yang berbahaya sekalipun (Q.S Al-Ahzab [33]: 32). Padahal jika suatu informasi sudah masuk ke dalam diri kita, maka informasi tersebut tidak akan pernah hilang, dan saar ataupun tidak, informasi tersebut kemudian akan berpengaruh pada pikiran, perasaan, motivasi, kepribadian ataupun perilaku kita. Jika informasi itu berhasil mempengaruhi pikiran dan perasaan kita, maka bukan tidak mungkin ia justru akan berbahaya dan mengendalikan diri kita.
Islam menganjurkan kita untuk mengendalikan indra sehingga tidak sembarang informasi bisa masuk pada diri kita. Kita pun dianjurkan untuk tidak terlalu percaya dengan evaluasi subjektif dari indra dan persepsi kita (Q.S Al-Munafikun [65]: 4).
Selain melalui teori-teori diatas, yaitu indra dan persepsi, pemahaman pun dapat tercipta melalui komunikasi nonverbal. Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal diantaranya yaitu:
a.       Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah merupakan salah satu petunjuk penting dari emosi dan perasaan seseorang. Melalui wajah, kita bisa mengetahui banyak hal mengenai keadaan internal dari seseorang. Cicero mengatakan bahwa “wajah itu baying-bayang dari jiwa”. Artinya, apapun yang terjadi dalam diri seseorangakan tampak dan bisa dibaca dari wajahnya. Allah Swt. menyebutkan bahwa melalui wajah bisa dilihat tanda-tanda orang yang sedang sennag (QS Al-Muthafifin [83]: 24), marah (QS An-Nahl [16]: 58), sedih (QS Az-ukhruf [43]: 17), gundah atau cemas (QS Al-Israa’ [17]: 7), tidak setuju atau  menolak (QS Al-Hajj [22]: 72)
b.      Parabahasa
Ketika kita berbicara dengan orang lain, yang kita dengar bukan hanya untaian kata saja, kitapun mendengar variasi suara (parabahasa) dalam bentuk intonasi, tekanan, kecepatan berbicara, jeda, volume suara, dan lain-lain. Variasi suara menjadi penting karena berkait dengan keadaan internal seseorang. Melalui variasi suara, kita bisa memaahami pesan apa yang yang sbenarnya ingin disampaikan dan bagaimana latar belakang emosi yang menyertainya. Missal, orang yang berbohong sebagiannya dapat diketahui dari intonasi suaranya yang meninggi, tidak lancer, banyak jeda, atau banyak koreksi. Allah Swt. menyarankan kepada kita untuk bersuara lembut karena hal tersebut berpengaruh pada penerimaan dari orang lain. (QS Thahaa [20]: 44).
4.      Kontak Mata
mata adalah jendela dari jiwa. Artinya, apa yang terjadi pada diri seseorang sebagiaanya bisa terlihat dari matanya (QS Al-Mu’min [40]:19; Muhammad [47]: 20). Maka, memahami informasi apa yang disampaikan oleh mata menjadi penting untuk memahami keadaan internal seseorang.
Mata berfungsi untuk melihat sesuatu. Dengan mata, kita bisa mengetahui sesuatu atau menghindarkan diri dari mengetahui sesuatu. Secara umum, kita akan membuka mata lebar-lebar jika tertarik atau bahagia. Sebaliknya, kita akan menutup mata serapat-rapatnya jika tidak tertarik atau tidak senang.
Faktanya, variasi mata sangat beragam. Orang akan menghindari kontak mata langsung jika merasa bersalah atau berbohong (QS Al-Qalam [68]: 43); menaikkan mata jika merasa jengkel, menatap tajam jika mengancam, menatap lama jika suka, menggerakan mata dari bawah ke atas jika tertarik secara seksual, mengecilkan mata jika marah, atau mengedip-ngedipkan mata jika menggoda.
5.      Ruang Personal
Secara umum, ruang personal bisa menunjukan kedekatan, keintiman, dan ketertarikan antara satu orang dengan lainnya. Dr. Edward T. Hall, seorang profesor dalam bidang antropologi, membagi ruang personal ke dalam empat kategori.
a.       Jarak intim (intimate distance). Jaraknya antara 0-18 inci. Dua orang yang sedang bercintaatau ibu yang sedang menyusui bayinya termasuk pada kategori ini.
b.      Jarak personal (personal distance). Jaraknya antara 18 inci-4 kaki. Ketika ngobrol dengan teman biasanya berada pada jarak ini.
c.       Jarak sosial (social distance). Jaraknya antara 4-7 kaki. Hubungan untuk keperluan bisnis biasanya berada pada jarak ini.
d.      Jarak publik (public distance). Jaraknya antara 12-25 kaki. Jarak antara seorang penceramah dengan audiens atau guru dengan muridnya ketika mengajar termasuk pada kategori jarak publik.
6.      Gesture
Gesture adalah gerakan-gerakan ekspresif dari bagian-bagian tubuh, seperti tangan, badan, mata, kepala atau pun kaki.[17]















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemahaman pribadi siswa sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Dengan memahami isi dari proses pembelajaran diharapkan akan tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Adapun cara untuk meningkatkan pemahamn pribadi siswa diantaranya yaitu dengan melaksanakan proses pembelajaran dengan cara yang kreatif, aktif, motivatif dan inovatif. Oleh karenanya, guru sangat mempunyai peran penting dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan pemahaman pribadi siswa dalam belajar.
Adapun faktor yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa, diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: jasmani dan psikologis dari siwa sendiri, sedangkan faktor eksternal meliputi: sosial, budaya, spiritual dan lingkungan.



















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Agus. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Arikuto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Chairilsyah, Daviq. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini. Pdf. Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 09.10 WIB.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hartono dkk. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Pekanbaru: Zanafa Publishing.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pribadi Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 20.30 WIB.
http://www.dosenpendidikan.com/13-pengertian-siswa-menurut-para-ahli-terlegkap/ Dikutip pada tanggal 14 September 2018 pukul 11.46 WIB.
Malik, oemar. 2013. Proses belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Rosmalina Wahab. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sjarkawi. 2014. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sudarwan Danim & Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.html?m=1 Dikutip pada tanggal 11  September 2018 pukul 09.21 WIB.





.


[1] www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.html?m=1 diunduh pada tanggal 11  September 2018 pukul 09.21 WIB.
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman. 811.
[3] Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman. 77.
[4] Hartono dkk. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Pekanbaru: Zanafa Publishing. Halaman. 13.
[5] https://id.m.wikipedia.org/wiki/pribadi Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 20.30 WIB
[6] Sjarkawi. 2014. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara. Halaman. 17
[7] http://www.dosenpendidikan.com/13-pengertian-siswa-menurut-para-ahli-terlegkap/ diunduh pada tanggal 14 September 2018 pukul 11.46 WIB
[8] Chairilsyah, Daviq. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini. Pdf. Halaman. 3 Dikutip pada tanggal 16 September 2018 pukul 09.10 WIB
[9] Sukmadinata, N.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Halaman. 56.
[10] Hamzah. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halaman 58.
[11] Sjarkawi. 2014. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara. Halaman. 11
[12] Malik, oemar. 2013. Proses belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halaman. 99.
[13] Rosmalina Wahab. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Halaman. 69
[14] Sudarwan Danim & Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung: Alfabeta. Halaman. 248
[15] Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya. Halaman. 67
[16] Arikuto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman. 94.
[17] Abdul Rahman, Agus. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada. Halaman. 97
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar