Senin, 29 April 2019

Sosok Sociopreneur di SMK Muhammadiyah Karangampel

LAPORAN OBSERVASI ENTREPRENEURSHIP PENDIDIKAN
Sociopreneurship
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Entrepreneurship Pendidikan
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Tahun Akademik 2018/2019

Dosen Pengampu:
Dr. H. Taqiyuddin Masyhuri, M.Pd.


Disusun Oleh Kelompok 6 :
Eha Siti Julaeha                       (1608101008)
Izzun Nadzoh Affan               (1608101026)
Jaenudin                                  (1608101027)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

A.    PENDAHULUAN
             Hakikat manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendirian yang artinya manusia tersebut butuh interaksi, dalam nilai-nilai Islam sudah diajarkan bahwa antar manusia itu dianjurkan untuk saling tolong menolong, saling peduli antara satu dengan yang lain bukan malah sebaliknya. Tapi bukan namanya hidup jika tidak ada masalah, perlu kita ketahui bahwa dari masalah kita bisa belajar, belajar mengambil keputusan dan secara tidak langsung itu artinya kita sudah menyelesaikan masalah sendiri dan yang namanya orang dewasa itu bukan hanya dilihat dari fisiknya saja, bisa saja dari sisi emosional atau dari sisi intelektua. Orang dewasa adalah orang yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, misalnya masalah finansial.
            Masalah sosial adalah suatu kondisi yang terlahir dari sebuah keadaan masyarakat yang tidak ideal, atau definisi masalah sosial yaitu keditaksesuaian unsur-unsur masyarakat yang dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial.[1] Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang dapat muncul dari keadaan masyarakat yang kurang atau tidak ideal, maksudnya selama terdapat kebutuhan dalam masyarakat yang tidak terpenuhi secara merata maka masalah sosial akan tetap selalu ada didalam kehidupan.
            Ketika ada masalah misalnya kemiskinan, pengangguran dan masalah pendidikan pasti akan ada orang yang berusaha untuk mengentaskan masalah tersebut. Nah, kalau orang yang berusaha menyelesaikan masalah sosial tersebut maka orang tersebut disebut sociopreneur. Berangkat dari masalah sosial yang berada di kecamatan karangampel yang mayoritas ekonomi warganya berada di menengah bawah. Kami silaturahim ke salah satu SMK yang ada di karangampel, karena kami beranggapan untuk mengentaskan masalah tersebut sepertinya peran SMK sangat relevan dengan kondisi sosial seperti itu.






B.     Kajian Teoritis
Edupreneurship adalah gabungan dari dua kata, yaitu education (pendidikan) dan preneurship (kewirausahaan), jadi eduprenurship adalah program pelatihan yang diperkenalkan kepada masayarakat umum; program pelatihan memperkenalkan konsep entrepenurship dengan dilengkapi contoh aplikasinya melalui proses pendidikan. Preneurship atau kewirausahaan adalah proses menciptakan suatu nilai yang berbeda, dengan mencurahkan waktu dan upaya uang diperlukan, memikul resiko-resiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan/imbalan/apresiasi dan kepuasan pribadi. Sasaran eduprenership adalah education/ teacher sebagai pelaku prenership bagaimana education/teacher menjadi pendidik/guru yang kreatif dan produktif. Tenaga pendidik yang memiliki jiwa edupreneurship ataupun jiwa entreprenership, seorang pendidik harus bisa menjadi seorang preneurship yang hanadaldi bidang pendidikan namanya eduprenership.
Pembelajaran dengan satuan edupreneurship sangatlah penting mengingan perkembangan IPTEK begitu cepat yang menuntut pendidik harus selalu up to date. Para pendidik tidak boleh Gaptek, sebab dengan menguasai IT seorang pendidik dengan mudah berkreasi dalam proses belajar (PBM). Seorang pendidik tidak boleh kalah dengan peserta didik, karena bisa jadi peserta didik lebih dahulu tahu informasi pengetahuan via internet dari pada pendidik. Harapannya setiap pendidik harus terlebih dahulu menyerap informasi serta mampu menyalurkan kompetensi yang dimiliki. Disinilah seorang pendidik diuji untuk keberhasilannya dalam melaksanakan PBM bagi peserta didik. Berbagai kiat kreativitas yang produktif dari pendidik, maka keberhasilan mencetak sebuah kualitas sangatlah sulit diraih.
Kenyataannya  masih banyak pendidik yang belum kreatif dan produktif . padahal banyak cara untuk bisa menumbuh kembangkan kreativitas dan produktifitas dari seorang pendidik. Jadi tidak hanya sebatas membelajarkan seperti bentuk ceramah umum di depan kelas. Pendidik kreatif adalah pendidik yang tak pernahpuas dengan apa yang disampaikannya, kepada pesertsa didik. Dia berusaha menemukan cara-cara baru untuk menemukan potensi atau bakat unik peserta didiknya. Baginya, setiap tahun harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya, sehingga materi yang disampaikannya tidak melulu itu-itu saja setiap tahunnya.[2]
Karakteristik enterpreneur yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik antara lain percaya diri, yakni keyakinan pada diri sendiri, kemandirian, semangat, ptimis dalam hidup. Untuk menanamkan dan menumbuhkan mental enterpreur dalam diri peserta didik terdapat beberapa tahap pencepaian yakni:
1.      Transformasi pola pikir pada suatu yang positif, pada sikap dan motif untuk berubah kearah yang lebih baik.
2.      Transformasi cara berfikir, dari sekedar mengandalkan logika menjadi pikiran yang kreatif dan inofatif, bahkan terkadang harus berpikir dengan cara yang tidk lazim.
3.      Action ketika pola pikir sudah berubah dan cara berpikir telah dibenahi tahap selanjutnya ialah beraksi yakni, menunjukan keteramilan untuk mencari peluang dalam menuangkan kreativitas dan inovasi           
Oleh karena itu aplikasi edupreneurship arahnya ialah pembentukan mental dan jiwa enterpreneur dalam upaya mencapai kesuksesan dalam bidang pendidikan. Edupreneurship bukan bertujuan menjadikan peserta didik sebagai pengusaha namun lebih kepada karakter edupreneur dalam bidang pendidikan, oleh karena  itu hasil dari pendidik harus mampu menanamkan dalam dirinya sebagai muslimah enterpreneurship agar mampu mencontohkan kepada peserta didik menjadi lebih baik.
Sociopreneur merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan, dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari sociopreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial terutama meliputi bidang kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan.[3] Dengan tujuan untuk membantu masyarakat kecil yang kurang mampu secara ekonomi. Seorang sociopreneur tidak semata-mata hanya memikirkan keuntungan pribadi saja, tetapi juga memikirkan untuk membangun dan mengembangkan komunitasnya agar lebih berdaya.
Sociopreneur tentunya memiliki karakteristik tertentu, berikut adalah karakteristik dari sociopreneur:
  1. Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan sebagai pembaharu masyarakat dengan gagasan-gagasan yang sangat kuat untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.
  2. Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter, pengacara, insinyur, konsultan manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan
  3. Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan gagasan baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orangorang yang sungguh-sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka berhasil menyebarkan gagasannya sejauh mereka mampu.
  4. Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan cara terus memperbaiki, memperkuat, dan memperluas cita-cita.
  5. Orang yang memajukan perubahan sistemik, bagaimana mereka mengubah pola perilaku dan pemahaman.
  6. Pemecah masalah paling kreatif.
  7. Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya yang jauh lebih sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga mereka harus sangat inovatif dalam mengajukan pemecahan masalah.
  8. Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin memecahkan masalah-masalah yang telah gagal ditangani oleh pranata (negara dan mekanisme pasar) yang ada.

Secara teoritis manusia adalah makhluk sosial, yaitu individu yang tidak mampu hidup sendiri. ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Berdasarkan teori tersebut maka bisa dikatakan bahwa manusia itu lahir dengan keterbatasan dan secara naluriah manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya

C.      Kajian Empiris
1.      Sejarah berdirinya sekolah SMK Muhammadiyah Karangampel
Pada hari senin tepatnya tanggal 29 April 2019, kami melakukan observasi ke SMK Muhammadiyah Karangampel  yang beralamat di Jl. Raya Sendang Desa Sendang Kec. Karangampel, Indramayu 45283. SMK Muhammadiyah Karangampel  berdiri pada tanggal 09-09-2012  yang dari awal pendirian sampai sekarang dipimpin oleh Bapak Kholid, S.Ag.
Visi SMK Muhammadiyah Karangampel yaitu untuk mewujudkan SMK yang unggul dan berkualitas dalam menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia, cerdas, terampil dibidang teknologi dan mampu berkompetisi di era global. Sedangkan Misi dari SMK Muhammadiyah antara lain;
  1. Menumbuhkan konsistensi dalam mengamalkan agama Islam
  2. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif
  3. Menghasilkan tamatan yang jujur, mandiri, mampu mengembangkan diri dan berkompeten.

2.      Jumlah Peserta Didik
Melihat data siswa pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah peserta didik di SMK Muhammadiyah Karangampel sebanyak 195 dari total dua jurusan yakni jurusan TKR(Teknik Kendaraan Ringan) sejumlah 134 dan jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan) sejumlah 61 peserta didik, kelas X sebanyak 69 siswa, kelas XI 73 siswa, dan kelas XII 53 siswa.
Di sekolah ini juga menerapkan program 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan da Santun) yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa menyongsong generasi emas, salah satunya dengan cara membiasaan siswa untuk melalukan sesuatu yang baik misalnya saja Bapak Kholid memberikan aturan sendiri di sekolahnya bahwa 10 menit di jam istirahat digunakan untuk sholat dhuha berjama’ah dengan anak-anak, terlihat sepele tapi efek ke anak-anaknya luar biasa, insyaAllah kalau hubungan sama Allahnya terjalin dengan baik maka hubungan dengan  manusianya juga akan baik. Itulah salah satu cara untuk membangun karakter para siswa. Mungkin kita menganggap anak SMK itu brutal, anarkis dan tidak bisa atur tapi tidak semuanya seperti itu, karena di sekolah ini sudah ditanamkan nilai-nilai Islam yang bisa memproteksi diri siswa agar tidak terpengaruh oleh lingkungan buruk.
3.      Sociopreneurship di SMK Muhammadiyah Karangampel
Kami mewawancarai Bapak Kholid, S.Ag selaku kepala SMK Muhammadiyah Karangampel, beliau lahir di Indramayu 08 Januari 1966  yang mana beliau basic-nya adalah seorang guru agama tapi karena beliau sudah lama mengajar dan banyak pengalamannya maka beliau diberi amanah untuk memimpin sekolah ini. Riwayat pendidikan beliau, MI Darul ‘Ulum Sendang lanjut ke MTs Karangampel kemudian PGA di Cirebon dan kuliah di IAIN Cirebon yang dulunya itu cabang Bandung. Sebagai info, SMK itu berbeda dengan SMA, di SMK lebih banyak diajarkan keahlian untuk bersiap-siap menuju ke dunia kerja dan di SMK juga ada yang namanya PKL(Praktek Kerja Lapangan) pada kelas XI yang dilaksanakan beberapa bulan yang itu artinya ada sosok sociopreneur dibalik kegiatan itu atau orang yang berusaha untuk menghubungkan peserta didiknya ke perusahaan untuk belajar bagaimana rasanya terjun ke dunia kerja, mulai dari belajar beradaptasi dengan lingkungan baru dan belajar apa yang harus dilakukan kelak ketika benar-benar terjun ke dunia kerja.  
Sebagai kepala sekolah sudah seharusnya beliau mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan sekolah misalnya seperti kajian bulanan yang di programkan oleh PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) yang mana bisa menyatukan seluruh guru Muhammadiyah baik tingkat SD, SMP, SMA dan SMK dalam satu tempat pada daerah tersebut. Kemudian berkaitan dengan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL), bagaimana kepala sekolah menjalin hubungan dengan lembaga yang mau menerima PKL-an, dan bagaimana cara kepala sekolah menempatkan lulusan siswanya ke perusahaan-perusahaan sehingga bisa membantu masalah perekonomian yang dihadapi masyarakat sekitar.
D.    Analisis Terhadap Hasil Obscrvasi
            Berdasarkan hasil observasi kami di SMK Muhammadiyah Karangampel, sekolah tersebut sudah menerapkan teori sociopreneur karena kepala sekolah di SMK tersebut sudah menggambarkan sosok sociopreneur. Mulai dari bagaimana kepala sekolah menjalin hubungan baik dengan sekolah menengah pertama (SMP) disekitar untuk bisa menjalankan kegiatan sosialisasi atau memperkenalkan SMK ke adik-adik yang ingin melanjutkan ke SMK, kemudian mengajak dewan guru untuk ikut kajian bulanan yang diadakan oleh PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) yang mengundang guru-guru sekolah Muhammadiyah dari SD, SLB, SMP, SMA dan SMK, kemudian bagaimana kepala sekolah menjalin hubungan dengan  perusahaan-perusahaan yang bersedia menerima program PKL (Praktek Kerja Lapangan) dan siap menerima tenaga kerja baru dari lulusan SMK tersebut.
Menurut Bapak Kholid kunci suksesnya pendidikan yaitu terletak pada tiga hal, pertama dari keluarga,kedua dari sekolah dan ketiga dari lingkungan. Tiga komponen tersebut harus berkesinambungan, susah memang tapi sudah mencoba untuk di sosialisasikan kepada wali murid agar anaknya tidak jauh-jauh dari nilai keIslaman. Sebagai kepala sekolah beliau berusaha memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya, ikhtiar sudah dilakukan tinggal kita serahkan semua  pada Sang Khalik. Karena beliau yakin bahwa rencana Sang Khalik  adalah rencana yang terbaik untuk para hambanya.
.




E.         KESIMPULAN
Dari apa yang telah kami paparkan dalam pembahasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut bahwa eduprenurship merupakan program pelatihan yang diperkenalkan kepada masayarakat umum; program pelatihan memperkenalkan konsep entrepenurship dengan dilengkapi contoh aplikasinya melalui proses pendidikan. Edupreneurship bukan hanya bertujuan menjadikan peserta didik sebagai pengusaha namun lebih kepada karakter edupreneur dalam bidang pendidikan, oleh karena  itu hasil dari pendidikan khususnya dalam bidang sosial itu pendidik harus mampu menanamkan dalam diri siswa nilai persaudaraan, kekerabatan, saling tolong-menolong dan nilai-nilai positif lainnya. Sebagai sociopreneur harus mampu mencontohkan kepada peserta didik sesuatu hal yang  baik, misalnya menanamkan nilai-nilai persaudaraan. Sociopreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial terutama meliputi bidang kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan.  Dengan tujuan untuk membantu masyarakat kecil yang kurang mampu secara ekonomi. Seorang sociopreneur tidak semata-mata hanya memikirkan keuntungan pribadi saja, tetapi juga memikirkan untuk membangun dan mengembangkan komunitasnya agar lebih berdaya.
Dengan demikian untuk mampu menyelesaikan tugas ini kami melakukan observasi di SMK Muhammadiyah Karangampel yang beralamat di Jl. Raya Sendang Desa Sendang Kec. Karangampel Indramayu 45283. Dari sana kita mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan terkait materi yang akan dipelajari. Kami pun menemukan identitas SMK Muhammadiyah Karangampel dan khususnya pembahasan pokok kami yakni Sociopreneurship yang diterapkan oleh narasumber kami yaitu Bapak Kholid, S.Ag selaku kepala SMK Muhammadiyah Karangampel yang sudah menanamkan jiwa sosiopreneur dengan baik ke kami.



DAFTAR PUSTAKA

Taqiyudin Masyhuri. Buku Kewirausahaan Pendidikan Agama Islam. Hlm. 44-46




LEMBAR DOKUMENTASI


Halaman SMK Muhammadiyah Karangampel




Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Muhammadiyah Karangampel







[2] Taqiyudin Masyhuri. Buku Kewirausahaan Pendidikan Agama Islam. Hlm. 44-46

2 komentar: