Selasa, 28
November 2017
Hari ke-1
Pagi ini, tepat pukul 06.00 WIB saya
langkahkan kaki dari rumah untuk memulai observasi. Sebelum menuju sekolah yang
akan dijadikan objek observasi, saya berkumpul dulu dengan tim sekitar pukul
08.00 WIB. Setelah berkumpul, kami memantapkan lagi mengenai rencana apa saja
yang akan dilakukan nanti. Ucapan do’a sebelum berangkat kami panjatkan. Pukul
08.30 berangkatlah kami ke sekolah yang dituju.
Sampailah kami di sekolah, tepatnya
SMP N 1 Cirebon. Kamipun bertemu dengan petugas keamanan atau satpam yang ada
di depan sekolah. Satpam tersebut mengarahkan untuk masuk saja dan bertemu
dengan petugas piket, kemudian guru BK. Disana kami menjelaskan tujuan
kedatangan kami. Yaitu ingin belajar bagaimana menjadi seorang konselor di
lapangan. Dan, pihak sekolah terutama guru BK tersebut tidak berkenan jika
sekolah atau siswanya dijadikan objek observasi atau pembelajaran bagi kami.
Kami coba lagi, dengan menjelaskan kembali, namun tetap saja tidak
diperbolehkan. Alasannya itu karena sekolah tersebut sedang mematangkan
persiapan untuk menghadapi UAS dan tidak mau jika problem yang dimilki siswa
diketahui oleh orang luar (tertutup). Mereka pun berpendapat, jika menjadi
seorang konselor itu tidak bisa sembarangan dan harus mengetahui kondisi anak
tersebut dari awal. Intinya itu membutuhkan proses yang lama dan harus
beradaptasi terlebih dahulu. Akhirnya, keluarlah kami dari sekolah tersebut
dengan perasaan sedikit cemas. Bagaimana ini? berpikirlah beberapa menit,
kemudian kami memutuskan untuk mencari sekolah lain. Ya, kami memutuskan SMP N
1 Cirebon sebagai objek observasi.
Kurang lebih pukul 10.30 WIB, kami
berangkat. Bismillah, semoga sekolah tersebut berkenan untuk di observasi. Alhamdulillah
sekolah tersebut memperkenankan, walaupun harus bertemu dengan beberapa orang.
Pertama, kami bertemu dengan penjaga kemudian diarahkan untuk masuk kemudian
bertemu bapak Wawan selaku bagian akademik. Disana kami menjelaskan maksud dan
tujuan kedatangan kami, yaitu ingin belajar bagaimana menjadi seorang konselor
dilapangan. Setelah itu, kami diarahkan untuk bertemu dengan bapak Yudi selaku
salah satu guru BK di sekolah tersebut. Bertemulah kami dan melakukan sedikit
perbincangan. Beliau pun tidak bisa bertindak atau menanggapi kami tanpa
sepengetahuan ketua koordinator BK di sekolah tersebut. Menunggulah kami.
Setelah beberapa menit, kamipun disuruh untuk bertemu bapak Darmaji, ketua
koordinator BK. Beliau lulusan S2 UNES dengan mengambil prodi S1 dan S2 sama,
yaitu Bimbingan Konseling. Kami pun
melakukan wawancara dengan beliau. Mengenai bagaimana kondisi siswa dalam
belajar, apakah ada siswa yang mengalami kendala saat belajar dan bagaimana
peran BK di sekolah tersebut serta lain sebagainya. Menurutnya, peran BK di
sekolah ini sudah berjalan sebagaimana mestinya. Seperti melayani mengenai
masalah pribadi, sosial dan kelanjutan sekolah ke jenjang berikutnya. Adapun
masalah yang sering dihadapi tidak jauh dari perkelahian ataupun bolos sekolah.
Setelah melakukan perbincangan
dengan bapak Darmaji, kamipun meminta agar diperkenankan bertemu dan berbincang
dengan siswa yang bermasalah. Namun, siswa yang diperkenankan adalah siswa yang
lumayan aktif. Ia bernama Muhammad Firdaus kelas 9A, yang sebentar lagi akan
memasuki bangku SMA. Kamipun mencoba mengorek-ngorek masalah apa yang sedang
dihadapinya. Kami tanyakan apa cita-citanya, ekskul dan lain sebagainya. Ia
bercita-cita menjadi seorang polisi, namun ada sedikit kegiatannya yang tidak
sesuai dengan cita-citanya. Ia mengikuti ekskul Marching Band. Lho, kenapa
tidak mengikuti Paskibra atau Pramuka? Ternyata ia suka musik. Kamipun mengorek
tentang keluarganya, apakah mendukung atau tidak dengan cita-cita yang
diinginkannya? Orangtuanya sangat mendukung. Dan pekerjaan ayahnya itu adalah
polisi. Hubungan keluarganya pun harmonis.
Melihat hasil perbincangan yang
kurang memuaskan. Kamipun meminta kepada bapak Yudi untuk dipertemukan dengan
seorang wali kelas yang sekiranya berkenan untuk dijadikan objek, termasuk
dengan siswa yang bermasalah di dalamnya. Melihat waktu yang sudah menunjukan
jam pulang, kami memutuskan untuk melanjutkan esok hari dengan membuat janji
dengan wali kelas yang bersangkutan terlebih dulu.
Rabu, 29
November 2017
Hari ke-2
Setelah
mata kuliah Metodologi Pembelajaran PAI, sekitar pukul 10.30 kami berangkat
menuju sekolah tersebut. Tibalah kami, dan ternyata ibunya sedang keluar. Kami
dimohon untuk menunggu sekitar 45 menit. Daripada sebal menunggu, kami pergi ke
Masjid Raya at-Takwa yang tidak jauh dari SMP tersebut. Disana kami
beristirahat, shalat, dan memantapkan kembali pertanyaan yang akan diajukan.
Setelah selesai, kembalilah kami ke sekolah dan bertemu dengan wali kelas
tersebut. Wali kelas itu bernama Ibu Veni, yang mewali kelasi kelas 8B dan
mengampu mata pelajaran B.Inggris. Ia lulusan Unswagati pada tahun 2000, dan
sudah mengajar sekitar 16 tahun-an. Ibu Veni orangnya asik, mudah akrab. Dan
saat perkenalan, ternyata kampung halamannya sama dengan saya. Yaitu Jln. SMP 1
Cilimus Desa Bojong Cilimus. Dunia ini memang sempit ya, tak disangka bisa
bertemu dengan orang satu desa. Namun, saya baru tahu karena beliau selama ini
menetap di Cirebon.
Perbincangan
intipun kami mulai dengan menanyakan bagaimana motivasi siswa dalam belajar?
Apakah mengalami kendala? Kemudian dengan sangat cerianya ibu Veni menjawab,
wah mereka sangat semangat sekali dalam belajar. Jika pergantian pelajaranpun
mereka bergegas untuk memanggil guru mata pelajaran berikutnya. Berlanjut ke
pertanyaan selanjutnya, mengenai apakah ada anak yang mengalami masalah atau
pernah berbuat tindakan yang kurang positif? Pasti ada, seperti halnya membawa
Hp, menjaili temannya, bolos sekolah dan lainnnya.
Setelah
melewati beberapa perbincangan dengannya, kami meminta kepada ibu Veni agar
mengizinkan kami untuk berbincang dengan anak yang penah bermasalah tersebut.
Kamipun diijinkan, dan bertemulah kami dengan dua siswa (laki-laki dan
perempuan).
Siswa
laki-laki itu bernama Fawwaz. Ia diketahui sering membuka tas temannya beberapa
bulan lalu. Wali kelaspun sudah memberi tindakan dengan memberi nasehat. Namun,
hal itu tidak kami singgung saat perbincangan. Karena ada permasalahan lain
yang sedang dihadapinya saat ini. Yaitu mengenai sikap temannya yang tidak
berlaku adil kepadanya. Seperti halnya saat mengerjakan tugas kelompok nama dia
tidak dicantumkan dalam lembar kerjanya, padahal ia ikut bekerja. Entah apa
alasan mereka berbuat demikian. Hal ini tidak terjadi satu kali, untuk kedua
kalinya ini sudah terjadi. Lalu, tindakan yang dilakukan Fawwaz dalam
menanggapi hal ini yaitu dengan mengerjakan kembali tugas yang diperuntukan
kepada kelompok dengan sendiri dan atas nama sendiri. Dari situ kelihatan ia
sedikit tertutup dan tidak mau orang lain mengetahuinya, termasuk wali kelasnya
sendiri tidak mengetahuinya. Disinilah saya merasa menjadi konselor itu tidak
semudah dengan yang dibayangkan. Perlu perkenalan yang intens, adaptasi yang
baik, dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Kamipun memberi saran,
seharusnya kamu dapat bersikap lebih tegas lagi. Tanyakan apa alasan yang
menyebabkan temannya berperilaku seperti itu dan harus lebih terbuka untuk
bercerita kepada wali kelas mengenai kondisi belajar yang terjadi.
Sedangkan
untuk siswa perempuan itu bernama Sheilly. Ia diketahui pernah membawa Hp ke
sekolah, padahal sekolah melarang siswanya untuk membawa Hp. Dan saat
perbincangan, kami menyinggung mengenai kondisi belajarnya. Ia mengakui bahwa
dirinya saat kelas 7 mengalami penurunan prestasi belajar. Hal itu dipengaruhi
oleh lingkungan temannya yang keseringan mengajak bermain. Wali kelaspun sudah
memberi tindakan dengan memberi nasehat serta berkomunikasi dengan orangtua yang
bersangkutan dan memberi surat pernyataan mengenai pelanggaran.
Selanjutnya,
jika melihat dari hasil ulangan harian B. Inggris Fawwaz dan Sheilly, Sheilly
itu ternyata anak yang pintar, ia mendapat nilai 100. Sedangkan Fawwaz kurang
dari 100. Dan hal ini terbukti dengan adanya tindakan dan penanganan yang telah
dilakukan, berdampak terhadap kondisi belajar atau prestasi siswa.
Kami
pun memberikan sedikit motivasi agar mereka mengikuti peraturan yang ada di
sekolah, karena itu baik untuk mereka.
Setelah
melakukan perbincangan dengan banyak pihak mengenai kegiatan kami, akhirnya
selesai juga dengan ditandai oleh surat keterangan bahwa kami selesai melakukan
observasi terkait motivasi belajar siswa. Dan saya dapat menyimpulkan kegiatan
dihari ini atau di mata kuliah ini telah mengajarkan banyak hal. Mulai dari
keberanian, tanggungjawab, kekompakan dalam kerja tim dan tentunya bagaimana
menjadi seorang konselor dilapangan yang tidak semudah dengan yang dibayangkan.
Terimakasih
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar